Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Bulu Ekor Cendrawasih Indonesia Ternyata Bisa 'Glow in The Dark'
19 Februari 2025 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Selain memiliki cara kawin yang sangat unik, burung cendrawasih ternyata memiliki warna yang bisa bersinar di lingkungan gelap. Hal ini terungkap berkat studi yang dilakukan oleh peneliti di Museum Sejarah Alam Amerika (AMNH).
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, para peneliti AMNH melakukan serangkaian penelitian pada sejumlah arsip yang tersimpan di museum. Mereka menemukan bahwa ada 37 spesies burung cendrawasih yang hidup di Indonesia , Papua Nugini, dan Australia memiliki sifat biofluorescent. Hanya beberapa famili saja yang tidak bersinar di bawah sinar UV atau cahaya biru.
Studi yang terbit di jurnal Royal Society Open Science menjelaskan, sebagian besar burung cendrawasih jantan yang diuji memiliki kepala, tengkuk, paruh, dan bulu yang berpendar terang berwarna hijau atau kuning kehijauan. Beberapa bahkan memiliki kaki, telapak kaki, ekor dan lingkaran di sekitar mata yang juga bisa bersinar.
Banyak dari bercak warna-warni misterius ini dibatasi oleh bulu-bulu gelap tanpa fluorescence, dan bagian tubuh ini sering digunakan dalam pertunjukan kawin saat burung jantan mengepakkan sayap, bergoyang, bergelantungan, dan berpose dalam tarian rumit untuk mencuri perhatian betina.
Studi kali ini dilakukan pada burung cendrawasih yang telah mati, sehingga tak diketahui kenapa beberapa bagian tubuh memiliki sifat biofluorescent, atau bagaimana burung tersebut menggunakannya di alam liar. Biofluorescent sendiri adalah sebuah fenomena yang membuat hewan bisa bersinar di kegelapan, alias glow in the dark.
ADVERTISEMENT
“Tampaknya burung-burung yang mencolok ini cenderung memberi isyarat satu sama lain dengan cara yang lebih mencolok, membuat tampilan mereka semakin menarik perhatian,” kata Rene Martin, penulis utama studi dan ahli biologi evolusi.
Beberapa burung jantan bahkan membuka paruhnya yang bersinar untuk menunjukkan kepada betina seberapa dalam kecantikannya. Sebelum atau selama masa pacaran di alam liar, beberapa burung cendrawasih jantan akan mengangkat sayapnya. Sayap mereka kemudian melingkari wajah mereka, menciptakan apa peneliti sebut sebagai “a dark black halo”.
Ketika aktivitas ini berlangsung, burung akan membuka mulut mereka yang terang dan berfluoresensi untuk waktu lama, hingga 30 detik atau lebih. Peneliti menduga, semua spesies burung cendrawasih memiliki daerah bernyala di dalam mulutnya. Namun, kebanyakan sampel burung-burung di museum diawetkan dengan paruh tertutup.
Jantan lain dari spesies berbeda mungkin menggunakan bercak-bercak fluorescence terang pada ubun-ubun kepalanya sebagai ciri khas, yang kontras dengan bulu hitam di sekitarnya. Ketika si jantan menari, betina biasanya bertengger di dahan yang lebih tinggi untuk menyaksikannya. Saat inilah ubun-ubun yang menyala tersebut muncul dari kegelapan.
ADVERTISEMENT
Peneliti menyebut, sekitar 37 spesies burung cendrawasih betina juga ditemukan memiliki kemampuan biofluorescent, meski tidak seterang jantan. Bagian tubuh mereka yang bercahaya biasanya terbatas pada bulu berpola dan berbintik di dada dan perut.
Terkadang, lingkaran di sekitar mata betina juga dapat bersinar, mungkin digunakan sebagai sinyal kepada burung lain bahwa mereka sedang memperhatikan.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan, namun ada kemungkinan betina menggunakan biofluorescent ini untuk kamuflase dan komunikasi simultan,” papar tim peneliti dari AMNH.