Bumi Kehilangan 28 Triliun Ton Es dalam 30 Tahun Terakhir, Apa yang Terjadi?

25 Agustus 2020 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lapisan es mulai mencair di Greenland. Foto: JChristophe_Andre via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Lapisan es mulai mencair di Greenland. Foto: JChristophe_Andre via pixabay
ADVERTISEMENT
Sejak 1994, para ilmuwan Inggris mencatat kurang lebih 28 triliun ton es telah menghilang di permukaan Bumi. Catatan tersebut diambil lewat analisis survei satelit dari Kutub, gunung, dan gletser planet untuk mengukur berapa banyak lapisan es yang hilang karena pemanasan global dan emisi gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan yang berbasis di universitas Leeds dan Edinburgh bekerja sama dengan University College London, melakukan serangkaian penelitian untuk melihat pencairan es dan berhasil memetakan tingkat kehilangan es di Bumi yang berlangsung sangat cepat.
Dalam penelitiannya, mereka mensurvei satelit gletser di Amerika Selatan, Asia, Kanada dan beberapa wilayah seperti es laut di Kutub Utara dan Antartika, termasuk lapisan es yang menutupi tanah Antartika dan Greenland. Studi itu melihat pencairan es yang terjadi sepanjang tahun 1994 hingga 2017.
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua wilayah telah mengalami penurunan lapisan es yang sangat parah dalam tiga dekade terakhir. Tim memperkirakan, dalam kurun waktu tersebut, Bumi telah kehilangan sedikitnya 28 triliun ton es. Ini menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan laut yang diprediksi bisa mencapai satu meter pada akhir abad ini.
Anjing husky mengarungi es laut selama ekspedisi di Greenland barat laut, tempat hilangnya es dipicu oleh kenaikan permukaan laut dan suhu atmosfer. Foto: Steffen Olsen/Centre for Ocean and Ice at the/AFP
“Setiap permukaan air laut naik satu meter, ini berarti sekitar satu juta orang bakal mengungsi dari tanah mereka di dataran rendah,” kata Profesor Andy Shepherd, direktur Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub di Leeds University seperti dikutip The Guardian.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan juga memperingatkan, mencairnya es dalam jumlah besar dapat memengaruhi kemampuan Bumi dalam memantulkan radiasi matahari ke luar angkasa. Ketika es mencair dan tanah menyerap lebih banyak panas, itu bisa meningkatkan pemanasan global.
Selain itu, mencairnya es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan juga dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem di Arktik dan Antartika. Sementara hilangnya gletser di pegunungan bakal mengancam hilangnya sumber air tawar yang menjadi sumber kehidupan orang-orang.
Menurut Shepherd, tingkat kehilangan es yang diungkap ilmuwan kali ini sesuai dengan prediksi skenario kasus terburuk yang dijabarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) beberapa tahun silam.
Ilustrasi Himalaya. Foto: AFP/PRAKASH MATHEMA

Pemanasan global Bumi

Lebih lanjut peneliti mengatakan, penyebab hilangnya es di sebagian besar permukaan Bumi tak lain karena pemanasan global dan perubahan iklim. “Rata-rata suhu permukaan laut Bumi telah meningkat 0,85 Celsius sejak 1880, dan tanda-tanda ini sudah muncul di daerah kutub,” kata para peneliti.
ADVERTISEMENT
Suhu air laut yang meningkat menjadi faktor utama peningkatan suhu atmosfer Bumi dan menyebabkan sebagian besar es dari gletser mencair seperti yang ada di Himalaya. Hal yang sama juga terjadi di Greenland, di mana hilangnya es di wilayah tersebut dipicu oleh kombinasi peningkatan suhu laut dan atmosfer.
Ilmuwan mengatakan, penelitian ini telah memberi gambaran pada umat manusia bahwa pemanasan global itu benar-benar nyata. Pemicunya tak lain emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil. Meski ilmuwan telah memberikan peringatan ini, nyatanya emisi masih berlanjut dan semakin meningkat di setiap tahunnya sehingga menyebabkan suhu udara di Bumi semakin panas.