Cacing Pipih Papua Nugini Serbu Teras Sebuah Rumah di Texas, AS

7 Juli 2019 9:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cacing pipih Papua Nugini. Foto: Andrew Wee Kien Han via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Cacing pipih Papua Nugini. Foto: Andrew Wee Kien Han via Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Seorang wanita di Texas, Amerika Serikat, menemukan cacing-cacing hitam berlendir yang tampak aneh sedang menggeliat di teras rumahnya. Penasaran dengan hewan-hewan tersebut, dia lantas melaporkannya ke Texas Invasive Species Institute (TISI). Menurut TISI, cacing tersebut adalah cacing pipih Papua Nugini.
ADVERTISEMENT
Marranda Ganucheau, nama perempuan berusia 39 tahun itu, mengatakan bahwa dia pertama kali melihat cacing itu dua pekan lalu pada malam hari. Dia mengaku dirinya sudah memperingatkan warga kota Pearland, Texas, lainnya agar berhati-hati terhadap cacing kecil tersebut karena di tubuh hewan itu bisa terdapat parasit berbahaya.
“Saya punya anak, kami sering ke luar rumah, berenang, dan bahkan bertelanjang kaki. Jadi saya berpikir, ‘Ya ampun, bagaimana kalau kami terkena parasit yang dibawa cacing ini?’,” ujar Ganucheau kepada KHOU11.
Cacing pipih Papua Nugini. Foto: Jonas Fernandez via Wikimedia Commons
Seperti namanya, cacing ini berasal dari Papua Nugini. Menurut TISI, cacing pipih Papua Nugini biasanya menghuni daerah subtropis. Di AS, mereka bisa ditemukan di Texas dan Florida. Invertebrata berwarna hitam terang yang ditandai oleh garis berwarna cokelat muda di punggungnya ini adalah predator pemakan siput.
ADVERTISEMENT
Mereka juga dikenal sebagai hewan pemakan cacing tanah dan isopoda. Cacing pipih Papua Nugini bisa tumbuh antara 4 hingga 8 sentimeter. Mereka juga bisa membunuh siput Afrika Raksasa yang berukuran hingga 17 sentimeter.
Selain bisa membunuh siput, cacing nokturnal ini berpotensi membahayakan manusia, karena pada tubuhnya terdapat parasit cacing paru-paru tikus (Rat Lungworm). Cacing pipih ini mendapatkan parasit yang juga dikenal sebagai angiostrongylus cantonensis dengan memakan siput.
Penyakit cacing paru-paru tikus ini dapat memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang manusia, dan menyebabkan salah satu jenis meningitis yang langka. Adapun gejala-gejala seseorang saat terinfeksi cacing paru-paru tikus adalah sakit kepala, kaku di leher, sakit di kulit dan bagian luar tubuh, demam, mual, dan muntah. Wajah seseorang juga bisa menjadi lumpuh sementara, dan mata mereka jadi peka terhadap cahaya.
ADVERTISEMENT
Gejala-gejala ini bisa muncul antara satu hingga tiga minggu setelah seseorang terinfeksi, dan biasanya berlangsung dua hingga delapan minggu, bahkan mungkin lebih lama. Tidak ada obat khusus untuk penyakit ini, karena parasit bisa mati dengan sendirinya dalam tubuh, tetapi steroid dapat diberikan untuk mengatasi peradangan.
Cacing pipih Papua Nugini. Foto: Pierre Gros via Wikimedia Commons
TISI menyarankan agar orang-orang tidak menyentuh cacing pipih dengan tangan kosong. Orang-orang sebaiknya menggunakan sarung tangan, tongkat, atau forceps atau gunting penjepit sekali pakai. Minyak sitrus dan semprotan cuka bisa digunakan untuk membunuh cacing-cacing tersebut, tapi mereka rentan terhadap garam.
Ganucheau meyakini cacing itu berasal dari pot tanaman yang ia beli dari sebuah toko tanaman. Dia mengatakan bahwa dirinya memang suka menanam beberapa jenis tanaman di teras rumahnya dan membuatnya sebagai kebun pribadi.
ADVERTISEMENT
“Saya melihat begitu banyak cacing (di teras rumah saya). Tapi tidak tahu apa yang harus saya lakukan terhadap mereka,” ujar Ganucheau.