Cara Bicara dan Tulisan Seseorang Bisa Tunjukkan Gejala Depresi

6 Februari 2018 20:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Depresi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Depresi (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Depresi dapat mengubah kehidupan sehari-hari seseorang, termasuk cara bergerak, tidur, dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Bahkan, tanda depresi pada seseorang bisa terlihat dari cara ia bicara dan menulis.
ADVERTISEMENT
Selama ini sudah banyak ilmuwan yang berusaha mencari hubungan antara depresi dan bahasa. Dan saat ini, teknologi yang membantu melihat hubungan tersebut sedang disempurnakan.
Dikutip dari The Conversation, hasil studi terbaru yang dilakukan di Inggris memperlihatkan, kata-kata dapat menunjukkan bahwa seseorang sedang mengalami depresi. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis teks yang terkomputersisasi (computerised text analysis methods).
Melalui metode ini, mereka bisa memeriksa lebih banyak data untuk melihat hubungan antara bahasa dan depresi.
Tak cuma itu, metode ini juga membantu untuk menemukan sisi linguistik yang sering terlupakan, menghitung persentase seberapa sering suatu kata digunakan, kelas kata, keberagaman leksikal, rata-rata panjang kalimat, pola tata bahasa, dan faktor lainnya.
Dengan metode ini, para peneliti menganalis esai-esai pribadi dan tulisan-tulisan di buku-buku harian milik orang-orang yang depresi, misalnya saja tulisan-tulisan Sylvia Plath dan Kurt Cobain. Selain itu, mereka juga menggunakan cuplikan perbincangan dari orang-orang yang mengalami depresi.
Ilustrasi depresi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi. (Foto: Thinkstock)
Isi Bahasa
ADVERTISEMENT
Bahasa dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu isi dan gaya. Isi berhubungan dengan apa yang kita ekspresikan, baik itu arti atau subjeknya.
Dari penelitian ini diketahui, orang-orang yang mengalami depresi cenderung lebih banyak menggunakan kata yang menunjukkan emosi negatif, seperti ‘kesepian’, ‘sedih’, atau ‘menderita’.
Hal menarik lainnya, orang yang depresi cenderung menggunakan kata ganti pertama, seperti ‘aku’ atau ‘saya’ dan jarang menggunakan kata ganti kedua seperti ‘kamu’ atau kata ganti ketiga seperti ‘mereka’.
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi lebih sering memikirkan diri sendiri daripada orang lain.
Ilustrasi depresi. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi. (Foto: Pixabay)
Gaya Bahasa
Gaya berbicara berhubungan dengan bagaimana seseorang mengekspresikan diri. Penelitian ini juga menganalisis lebih dari 64 forum kesehatan mental online serta memeriksa 6.400 anggotanya.
ADVERTISEMENT
Kata-kata yang bersifat absolutisme alias kata-kata yang menunjukkan tidak ada kemungkinan, seperti ‘selalu’, ‘tidak sama sekali’, atau ‘sama sekali’ juga menandakan depresi.
Dibandingkan dengan forum-forum lainnya, penggunaan kata-kata absolut seperti ini ditemukan 50 persen lebih banyak di forum-forum depresi dan 80 persen lebih banyak di forum-forum yang membahas bunuh diri.
Memahami bahasa yang digunakan oleh seseorang dapat membantu untuk memahami apakah orang tersebut memiliki kemungkinan sedang mengalami depresi.
World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 300 juta orang di seluruh dunia yang mengalami depresi. Dengan adanya teknologi yang lebih canggih untuk mendeteksi depresi, diharapkan upaya untuk mengurangi angka bunuh diri yang terjadi akibat depresi menjadi lebih mudah.