Cara Dokter Ambil Peluit yang Tersangkut di Tenggorokan Asep

22 Desember 2018 15:03 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluit terompet yang berhasil diangkat oleh dokter. (Foto: Iqbal Tawakal Lazuardi Siregar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peluit terompet yang berhasil diangkat oleh dokter. (Foto: Iqbal Tawakal Lazuardi Siregar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seorang anak berusia sembilan tahun asal Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, tak sengaja “menelan” sebuah peluit. Peluit itu kemudian tersangkut di dalam tenggorokan anak bernama Asep Yahya itu selama sekitar dua bulan.
ADVERTISEMENT
Syukurnya, tim dokter di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin (RSHS) Bandung berhasil mengeluarkan peluit dari tenggorokan Asep pada Kamis (20/12) lalu. Kepala KSM Ilmu Kesehatan RSHS Bandung dr Lina Lasminingrum mengatakan proses pengambilan peluit berlangsung 30 menit melalui endoskopi.
"Tekniknya anak tersebut ditidurkan lalu dari mulut kami memasukkan alat untuk mencari saluran napas, kemudian dicari percabangan utama nanti diambil di situ," kata Lina, dikutip dari Antara.
Asep Yaya (9), anak yang tersedak peluit terompet. (Foto: Iqbal Tawakal Lazuardi Siregar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Asep Yaya (9), anak yang tersedak peluit terompet. (Foto: Iqbal Tawakal Lazuardi Siregar/kumparan)
Lina mengatakan tim dokter sempat kesulitan mengeluarkan peluit dari tenggorokan Asep karena peluit tersebut berbahan plastik sehingga tidak terdeteksi saat dirontgen. Namun akhirnya tim dokter bisa terbantu dengan suara peluit yang terdengar saat Asep Bernapas.
Meski peluit tersebut telah berada di saluran napas Asep Yahya selama sekitar dua bulan, peluit itu tidak sepenuhnya menutup saluran napas. Selain itu, hal ini juga tidak sampai mengganggu saluran pencernaannya.
ADVERTISEMENT
"Peluit itu bukan ditelan tapi tersedak. Kalau anak tersebut menelan pasti tidak akan ada bunyinya," kata Lina.
Setelah menjalani proses pengambilan peluit dari tenggorokannya, Asep Yahya akan menjalani perawatan di rumah sakit dan baru bisa diizinkan pulang jika berdasarkan observasi dokter keadaannya membaik.
RS Hasan Sadikin, Bandung (Foto: Dok. RSHS Bandung)
zoom-in-whitePerbesar
RS Hasan Sadikin, Bandung (Foto: Dok. RSHS Bandung)
Ayah kandung Asep Yahya, Subandi (54), mengatakan kondisi ekonomi membuat keluarga tidak membawa Asep ke rumah sakit karena khawatir tidak bisa membayar biayanya.
Sebelumnya, Asep kerap diolok-olok teman-temannya karena saat bernapas ia mengeluarkan suara akibat peluit yang tersangkut di tenggorokannya.
"Semoga cepat sembuh anak saya," kata Subandi.