Ciri Mantan Punya Sifat Narsistik, Ada yang Relate?

18 Oktober 2024 10:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cewek selingkuh Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cewek selingkuh Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa kamu pernah menjalin hubungan dengan mantan yang enggak bisa jaga komitmen? Inginnya romantis dan disayang. Giliran diajak serius, langsung keluar 1001 alasan dari mulutnya yang ketus.
ADVERTISEMENT
Hati-hati Gaes, salah satu ciri di atas ternyata tersimpan dalam jiwa mereka yang narsistik. Sekelompok peneliti menemukan fakta bahwa orang-orang narsistik punya kecenderungan untuk menghindar dari hubungan yang serius.
Dalam menjalin hubungan, mereka cuma mencari validasi, kekaguman, dan kepastian. Di sisi lain, mereka enggan alias malas memberikan timbal balik yang sama ke pasangan.
Mereka menganggap diri mereka bak disukai banyak orang, memiliki banyak pilihan romantis. Sadar atau tidak, sifat ini bisa menjerumuskan diri mereka pada jurang perselingkuhan, atau hubungan percintaan yang hanya seumur jagung.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Universitas Georgia mencatat bahwa, kemungkinan, orang-orang narsistik bagai “menginginkan keadaan yang lebih baik.”
Maksudnya? Mereka cenderung melirik orang lain yang lebih menarik, yang mereka anggap lebih baik daripada pasangannya saat ini.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan lain adalah orang-orang narsistik selalu mencari sensasi. Jangan heran kalau melihat mereka selalu mengejar-kejar orang lain yang tampak sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan harapannya.
Hal ini memberi mereka sensasi kegembiraan. Dorongan ini perlahan-lahan luntur ketika pasangan baru mereka menginginkan hubungan yang lebih dekat dan lebih personal.
Ada pula yang berpendapat bahwa seorang narsistik hanya takut ditinggalkan dan ingin memutuskan hubungan sebelum mereka terlalu terlibat ikatan yang amat emosional yang mereka pikir bisa membuat diri mereka rentan terluka.
Artikel ilmiah berjudul ‘Exploring the associations between narcissism, intentions towards infidelity, and relationship satisfaction: Attachment styles as a moderator’ juga menyoroti hal yang sama. Para peneliti dari Universitas Groningen di Belanda menemukan hubungan pasti antara narsisme dan ketidakpuasan hubungan yang sering berujung pada perselingkuhan.
ADVERTISEMENT
“Narsisme dikaitkan dengan fungsi hubungan yang buruk seperti kurangnya komitmen hubungan, keintiman emosional yang rendah, agresi seksual, meningkatnya minat pada proses seksual, dan tingginya tingkat perselingkuhan,' kata penelitian tersebut.
'Pasangan romantis tapi narsis cenderung kurang setia, kurang intim secara emosional, kurang cenderung menghubungkan seks dengan keintiman, dan berhasrat memiliki banyak pasangan seksual.”

Suka merendahkan pasangan

Ilustrasi putus cinta. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Peneliti lain juga menemukan bahwa kaum narsistik cenderung merendahkan pasangannya dan menganggap dirinya lebih unggul ketimbang menghargai kualitas dan sifat pasangannya.
Hal di atas berbanding terbalik dengan hubungan yang sehat di mana masing-masing pasangan saling memberi dan menerima. Orang-orang dengan hubungan asmara yang sehat, memandang pasangannya secara positif daripada mereka memandang diri mereka sendiri.
Kaum narsistik kerap memandang pasangannya secara negatif. Hal ini bisa menimbulkan perselisihan dan permusuhan yang sering kali terungkap melalui pertengkaran dan konflik verbal maupun fisik.
ADVERTISEMENT

Butuh validasi, selalu ingin menang

Ada sebuah penelitian dari Albright College, Pennsylvania dalam artikel ilmiah berjudul ‘Untangling the associations that narcissistic admiration and narcissistic rivalry have with agency, communion, and romantic commitment’
Studi ini menyebut bahwa, orang-orang narsistik cenderung melihat keberhasilan pasangannya sebagai persaingan. Sadar atau tidak, hal ini dapat dianggap sebagai interaksi negatif.
"Narsistik cenderung menyalahkan orang lain atas masalah mereka dan sangat sensitif terhadap tanda-tanda penolakan," tulis penulis utama studi tersebut, Dr. Gwendolyn Seldman di Psychology Today, dilansir Daily Mail.
Tipe orang seperti ini merasa perlu untuk terus-menerus divalidasi dan menuntut pasangannya untuk terus-menerus menuruti egonya.
Menurut ahli, hubungan yang baik adalah hubungan mampu mengatasi konflik secara bersama-sama. Mereka selalu mengapresiasi dan menjunjung tinggi hubungan mereka meski mereka tahu hal negatif dari masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pasangan seperti itu lebih mungkin untuk menjalin komitmen. Lebih jauh mereka bisa bersama-sama menjajaki hubungan yang lebih serius, beralih dari pacaran ke pertunangan lalu pernikahan.