Codex Gigas, Manuskrip Kuno Penuh Misteri yang Diyakini sebagai Alkitab Iblis

29 April 2021 8:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi iblis di dalam Codex Gigas. Foto: Wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi iblis di dalam Codex Gigas. Foto: Wikipedia
ADVERTISEMENT
Ini adalah buku misterius yang pada masanya diyakini memuat semua pengetahuan manusia. Orang-orang percaya, penulis buku ini telah menjual jiwanya kepada iblis untuk dapat menulis setiap bait teks yang ada di dalam kitab.
ADVERTISEMENT
Dijuluki “Devil’s Bible”, Codex Gigas adalah sebuah volume buku raksasa dengan berat mencapai 74 kilogram, lebar 1 meter, dan ketebalan 22 centimeter. Untuk membuatnya, peneliti memperkirakan dibutuhkan lebih dari 160 lembar kulit hewan.
Julukan “Devil’s Bible” disematkan berdasarkan ilustrasi setan yang tertera di halaman 290. Itu diyakini sebagai satu-satunya Alkitab dengan ilustrasi setan di abad pertengahan. Alih-alih terlihat jahat, Iblis di dalam Codex Gigas justru digambarkan seperti karakter kartun lengkap dengan popok bayi di selangkangannya. Ia juga diilustrasikan memiliki cakar besar, tanduk berujung merah, kepala hijau, mata kecil dengan pupil merah, dan dua lidah merah yang menjulur.
Codex Gigas sendiri dibuat oleh seorang biarawan dengan nama pena Herman Inculsis di Bohemia selama beberapa dekade di abad ke-13. Alkitab Iblis disebut sebagai ensiklopedia pengetahuan abad pertengahan.
Codex Gigas yang dijuluki Alkitab iblis tersimpan di Perpustakaan Nasional Stockholm, Swedia. Foto: Wikimedia Commons
Tak hanya berisi Perjanjian Baru dan Lama, Codex Gigas juga berisi bermacam-macam teks pendek yang membahas masalah-masalah tentang pengusiran setan, tata bahasa, kalender, dan medis.
ADVERTISEMENT
Dilansir allthatsinteresting, apa yang membuat Alkitab Iblis ini menjadi objek menarik adalah cerita di balik pembuatannya. Konon, menurut cerita yang beredar buku ini ditulis oleh biarawan hanya dalam satu malam. Biarawan itu membuat Codex Gigas untuk menghindari hukuman karena melanggar peraturan gereja.
Demi menyelamatkan nyawanya, ia bersumpah akan membuat sebuah buku berisi tentang ilmu pengetahuan manusia dalam satu malam. Seseorang bisa saja menulis buku macam Codex Gigas dalam satu malam jika sang biarawan melakukan perjanjian terlarang dengan iblis.
Benar saja, menghadapi tugas yang mustahil biarawan itu memanggil iblis untuk membantu menyelesaikan buku tersebut. Sebagai imbalan, ia akan memberikan jiwanya kepada iblis. Kesepakatan pun terjadi, buku itu selesai berkat bantuan setan dan potret besar disematkan di tengah halaman yang konon sebagai penghormatan kepada penulis aslinya.
Codex Gigas atau Alkitab Iblis. Foto: Wikimedia Commons
Namun, Perpustakaan Nasional Stockholm, Swedia--tempat Codex Gigas ini disimpan--, membuat sebuah perhitungan yang lebih logis tentang berapa lama manuskrip ini dibuat oleh biarawan.
ADVERTISEMENT
“Jika penulis bekerja selama enam jam sehari dan menulis enam hari seminggu, maka naskah ini bisa diselesaikan dalam waktu sekitar lima tahun. Jika penulis adalah seorang biarawan, dia mungkin hanya bisa bekerja sekitar tiga jam sehari dan ini berarti naskah dapat memakan waktu sepuluh tahun untuk menuliskannya,” papar pihak Perpustakaan Nasional Swedia sebagaimana dikutip atlasobscura.
“Karena penulis mungkin butuh pengetahuan lebih sebelum mulai menulis, ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan naskah. Penulis juga menghiasi manuskrip, jadi penyelesaian manuskrip mungkin membutuhkan waktu setidaknya 20 tahun atau bahkan 30 tahun.”
Sementara menurut National Geographic, hasil analisis tulisan Codex Gigas yang dilakukan oleh ahli paleografi, Michael Gullick, menunjukkan bahwa manuskrip tersebut benar ditulis oleh satu orang saja. Ia menganggap bahwa buku ini adalah sebuah keajaiban karena untuk membuat semua kaligrafi di Codex Gigas, dibutuhkan setidaknya lima tahun bekerja tanpa henti sedetik pun.
ADVERTISEMENT
“Jelas, penulis Codex Gigas saat dirasuki oleh sesuatu untuk bisa membuat karya masterpiece seperti ini. Entah itu kekuatan cahaya atau kegelapan, semua terkubur oleh waktu,” kata Michael Gullick sebagaimana dikutip Daily Mail.