Daftar 5 Obat Klorokuin yang Beredar di Indonesia

21 Maret 2020 13:34 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pemerintah dituntut bergerak cepat dalam menangani wabah COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2. Mengingat jumlah kasus di Tanah Air terus meroket tajam dari hari ke hari. Hingga Jumat (20/3), angka pengidap COVID-19 mencapai 369 orang, naik 60 kasus dari hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menyebut, sudah ada dua obat yang disiapkan untuk mengobati pasien COVID-19, yakni Klorokuin dan Avigan. Namun baru 5.000 unit Avigan yang tersedia untuk segera dipakai, sedangkan sisanya masih dalam proses pemesanan sebanyak 2 juta unit Avigan dan 3 juta unit Klorokuin.
Avigan sendiri dikenal juga dengan nama Favipiravir, senyawa kimia yang dikandungnya. Obat ini dikembangkan oleh perusahaan asal Jepang, Fujifilm Toyama Chemical, sebagai obat anti-influenza sejak 2014 silam. Karena belum ada Avigan atau obat lain berbahan dasar senyawa aktif Favipiravir buatan pabrik di Indonesia, pemerintah harus mengimpor dari Jepang.
Lain halnya dengan Klorokuin, yang telah lama diproduksi dan beredar di pasaran Indonesia dengan nama generik Chloroquine Phosphate. Penggunaan obat ini biasa ditujukan untuk penyakit malaria.
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Shutterstock
Berdasarkan keterangan dari situs resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM), obat dengan kandungan Chloroquine Phosphate di Indonesia dipasarkan dengan lima nama merek dagang dengan rincian berikut.
ADVERTISEMENT

Chloroquine Phosphate

Obat ini beredar dengan nama generiknya dan diproduksi oleh PT. Kimia Farma dengan kemasan 1 strip berisi 10 tablet.

Chloroquin (ADI)

Obat Chloroquine Phosphate produksi PT. Aditama Raya Farmindo ini dijual dengan merek dagang Chloroquin (ADI). Obat dikemas dalam botol plastik berisi 100 tablet.

Chloroquine Diphosphate

Obat Chloroquine Diphosphate diproduksi oleh PT. Novapharin Pharmaceutical Industries dalam kemasan botol plastik berisi 100 tablet.

Erlaquin

Obat Erlaquin diproduksi oleh PT. Erlangga Edi Laboratoris (PT. Erela) dengan kemasan catch-cover berisi 3 tablet.

Hyloquin

Obat Hyloquin diproduksi oleh PT. Imedco Djaja, dengan komposisi Hydroxychloroquine Sulfate yang merupakan senyawa kimia turunan dari Chloroquine.
Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran, Keri Lestari. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Meski Klorokuin telah teruji aman secara klinis dan biasa digunakan oleh industri farmasi Tanah Air, konsumsi obat tetap harus sesuai anjuran dokter. Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran, Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt.
ADVERTISEMENT
“Penggunaan harus dalam pengawasan (dokter) apalagi dalam kondisi infectious enggak bisa misalnya ‘Ah, saya mau obat Klorokuin aja’, terus sudah gitu dirawat di rumah aja, enggak boleh, tetep harus ke rumah sakit, diisolasi agar tidak terjadi transmisi atau menulari yang lain,” ujarnya saat dihubungi kumparanSAINS pada Jumat (20/3).
Terkait penggunaan obat malaria untuk pasien coronavirus SARS-CoV-2, Keri menyebut bahwa dalam dunia medis, konsep tersebut dinamakan sebagai repurposing drug. Obat yang sedianya diproduksi untuk suatu penyakit tertentu, bisa untuk pengobatan penyakit lain.
“Kita mencari obat-obat yang tersedia dalam kondisi darurat karena mencari obat baru itu kan lama ya. Kemudian keamanannya dan efikasi harus divalidasi karena itu semua bagian dunia mencari pengobatan pandemi COVID-10 dari obat-obatan yang sudah tersedia karena suplai obatnya ada, profil obatnya sudah diketahui, dan juga kita mencobakan saja untuk aktivitas terhadap COVID-19 berdasarkan critical appraisal terhadap evidence base medicine dari obat yang berpotensi mengatasi COVID-19 berdasarkan beberapa setra uji klinik yang telah lebih dulu dilakukan di beberapa negara,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dengan percobaan obat yang sudah ada sebelumnya untuk penyakit baru inilah yang memungkinkan obat tersebut langsung bisa diuji klinis. Pertimbangannya, obat telah biasa dipakai dan keamanannya terjamin.
“Nah, ternyata dari semua negara-negara itu memang yang menunjukkan ada efektivitas yang baik (untuk pengobatan COVID-19) adalah Favipiravir atau Avigan dan Klorokuin. Serta Klorokuin telah disetujui FDA,” pungkasnya.