Daftar Fenomena Astronomi Menarik di 2022, Ada Bulan Purnama Super

6 Januari 2022 8:03 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hujan meteor Foto: Flicker/Jeff Sullivan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan meteor Foto: Flicker/Jeff Sullivan
ADVERTISEMENT
Sejumlah fenomena astronomi yang menarik akan menghiasi langit Bumi sepanjang 2022. Berdasarkan kalender astronomi yang dirilis Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) - BRIN, berikut beberapa fenomena langit yang layak kamu tunggu.
ADVERTISEMENT

Mars dan Saturnus Bertemu (5 April 2022)

Fenomena luar angkasa akan menghiasi awal Ramadhan 1443 Hijriah. Sebuah peristiwa pertemuan planet Mars dan Saturnus akan sampai puncak konjungsinya pada 5 April 2022.
Fenomena ini dapat disaksikan dari arah Timur saat para muslim bersantap sahur pada pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Sudut pisah Mars-Saturnus bervariasi antara 19-20 menit busur atau sedikit lebih besar dari semidiameter Bulan, sementara magnitudo Saturnus cenderung konstan sebesar +0,83 sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antara +1,05 hingga +0,99.
Sebelumnya, fenomena serupa sempat terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Fenomena ini bakal terjadi kembali pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.
ADVERTISEMENT

Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan akan Bertemu (24-29 April 2022)

Masih pada bulan yang sama, fenomena langit yang dikenal dengan Konjungsi Kuintet akan muncul. Konjungsi Kuintet adalah fenomena astronomis di mana lima benda langit yang tampak segaris secara visual sekaligus.
Lima benda langit yang dimaksud dalam Konjungsi Kuintet adalah Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan. Mereka muncul pada 10 hari menjelang berakhirnya Ramadhan 1443 Hijriah alias 24 hingga 29 April 2022. Lima benda langit pada Konjungsi Kuintet tersebut adalah Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan.
Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 04.00 waktu setempat dari arah Timur memanjang hingga Tenggara, kecuali pada 29 April karena baru dapat disaksikan sejak awal fajar astronomis atau 75 menit sebelum Matahari terbit.
ADVERTISEMENT

Konjungsi Venus dan Jupiter (1 Mei 2022)

Jelang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah, puncak konjungsi Venus dan Jupiter akan terjadi. Ia muncul pada 1 Mei 2022.
Kamu dapat menyaksikan fenomena langit ini pada pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Jika kehilangan kesempatan mengamati fenomena tersebut, kamu bisa menyaksikannya kembali pada 2 Maret 2023 dan 24 Mei 2024 mendatang.

Okultasi Venus (27 Mei 2022)

LAPAN BRIN mencatat ada fenomena langit yang akan terjadi pada 27 Mei 2022 mendatang. Namanya Okultasi Venus.
Okultasi sendiri adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit yang tampak lebih besar bila diamati oleh dari Bumi. Untuk kasus peristiwa pada 27 Mei 2022, Venus akan terhalangi oleh Bulan.
ADVERTISEMENT
Sejumlah wilayah Indonesia macam Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan sebagian Provinsi Papua Barat mengalami Okultasi Venus pada pagi hari setelah Matahari terbit hingga siang hari. Itu sebabnya peristiwa ini hanya bisa disaksikan dengan alat bantu.
Durasi okultasi terlama terjadi di kota Muko-Muko selama 1 jam 49 menit 29 detik (sejak pukul 09.03.38 WIB), sementara durasi okultasi tersingkat sekaligus wilayah paling terlambat yang mengalami okultasi terjadi di kota Manokwari selama 22 menit 17 detik (sejak pukul 13.12.58 WIT). Wilayah paling awal yang mengalami okultasi terjadi di kota Bengkulu pada pukul 09.03.34 WIB (selama 1 jam 48 menit 38 detik).
Foto fenomena konjungsi Bulan berdekatan dengan Venus yang terlihat di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (29/12). Foto: ANTARA FOTO/Suwandy
Daerah Sumatra dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Timur Laut hingga Barat, sementara Banten sampai dengan Jawa Tengah dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Utara hingga Barat Laut. Untuk warga Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara) dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Barat Laut hingga Barat.
ADVERTISEMENT
Wilayah Bali dan NTB dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Barat Laut. Sementara penduduk Kalimantan Utara, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua Barat dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Barat.

Bulan Purnama Super (14 Juni dan 14 Juli 2022)

Fenomena astronomi selanjutnya yang akan terjadi pada Juni dan Juli 2022 adalah Bulan Purnama Super atau Purnama Perige, sebuah peristiwa Bulan mengalami fase Purnama sekaligus berada di titik terdekat dari Bumi (Perige). Fenomena ini terjadi setiap tahunnya setidaknya satu kali dalam setahun.
Bulan Purnama Super akan terjadi pada 14 Juni 2022 pukul 18.51.35 WIB atau 19.51.35 WITA atau 20.51.35 WIT di jarak 357.658 Kilometer, dan 14 Juli 2022 pukul pukul 01.37.23 WIB atau 02.37.23 WITA atau 03.37.23 WIT dengan jarak 357.416 Kilometer. Peristiwa dapat disaksikan dari arah Tenggara hingga Barat Daya sebelum Matahari terbenam hingga setelah Matahari terbit.
ADVERTISEMENT

Okultasi Uranus (25 Juni 2022)

Fenomena Okultasi benda langit kembali terjadi pada 25 Juni 2022. Berbeda dengan peristiwa okultasi pada Mei 2022, kali ini objeknya giliran Uranus yang akan sedikit terhalangi oleh Bulan.
Okultasi Uranus akan terjadi saat fajar sebelum Matahari terbit hingga setelah Matahari terbit. Itu sebabnya fenomena ini hanya bisa disaksikan dengan alat bantu.
Warga di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua, dapat menyaksikan peristiwa tersebut.
Ilustrasi planet Uranus. Foto: NASA/JPL-Caltech
Dudari Okultasi Uranus terlama terjadi di Manokwari selama 1 jam 19 menit 32 detik (sejak pukul 05.23.54 WIT), sedangkan durasi okultasi tersingkat terjadi di Balikpapan selama 16 menit 47 detik (sejak pukul 04.30.58). Wilayah paling awal yang mengalami Okultasi Uranus terjadi di Kupang pada pukul 04.05.59 WIB (selama 1 jam 8 menit 45 detik), sementara wilayah paling terlambat yang mengalaminya terjadi di Bontang pada pukul 04.36.57 WITA (selama 18 menit 0 detik).
ADVERTISEMENT
Secara umum, beberapa wilayah Indonesia yang mengalami Okultasi Venus dapat menyaksikan fenomena ini dari arah Timur hingga Tenggara. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 8 April, 5 Mei dan 29 Juni 2030.

Hujan Meteor Perseid (13-14 Agustus 2022)

Hujan meteor Perseid bakal meramaikan langit Indonesia, dengan puncaknya bisa disaksikan pada 13 hingga 14 Agustus 2022. Perseid sendiri merupakan hujan meteor yang berasal dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle, dengan titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus.
Hujan meteor ini akan turun dengan intensitas maksimal 100 meteor per jam. Dengan ketinggian maksimum titik radiant di Indonesia yang bervariasi antara 20,9 derajat (Pulau Rote) hingga 37,8 derajat (Sabang), intensitasnya dapat berkurang menjadi 36 meteor per jam (Pulau Rote) hingga 61 meteor per jam (Sabang). Kecepatan meteornya sanggup mencapai 212.400 km per jam.
ADVERTISEMENT
Titik radian Perseid terbit dari arah Timur Laut antara pukul 23.00 malam sebelumnya (untuk Sabang atau yang selintang) hingga pukul 01.00 waktu setempat (untuk Pulau Rote atau yang selintang). Perseid dapat disaksikan selama 25 menit sebelum Matahari terbit, ketika titik radiannya berkulminasi di arah Utara.
Sebuah meteor melesat melewati bintang-bintang di langit, di atas batu nisan abad pertengahan saat hujan meteor Perseid di Radimlja dekat Stolac, Bosnia dan Herzegovina, Rabu (12/8). Foto: REUTERS / Dado Ruvic
Pengamatan Perseid mungkin akan terganggu dengan adanya interfensi cahaya Bulan fase Benjol Akhir yang dekat zenit saat titik radian Perseid terbit. Meski begitu, hujan meteor masih dapat diamati tanpa alat bantu optik, kecuali kamu ingin mengabadikan momen tersebut.
Pastikan juga cuaca di lokasi pengamatan cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan tidak ada polusi cahaya.

Gerhana Bulan Total (8 November 2022)

ADVERTISEMENT
Gerhana Bulan Total kembali akan menghiasi Bumi, tepatnya pada 8 November 2022 mendatang. Durasi totalnya selama 1 jam 24 menit 58 detik, sementara durasi umbral (sebagian dan total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.
ADVERTISEMENT
Gerhana Bulan Total merupakan fenomena astronomi ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk sebuah garis lurus.
Lebar Gerhana Bulan Total pada 8 November 2022 bakal mencapai 1,3589 dengan jarak pusat umbra ke pusat Bulan sebesar 0,2570. Gerhana kali ini termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960).
Fase gerhana bulan total terlihat dengan latar depan tugu pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (26/5/2021). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
Berikut prakiraan catatan waktu dan wilayah Indonesia untuk menyaksikan Gerhana Bulan Total:
ADVERTISEMENT
Ketika Bulan memasuki umbra, warna umbra cenderung hitam. Seiring Bulan seluruhnya berada di dalam umbra, warna Bulan akan menjadi kemerahan.
Dampak dari Gerhana Bulan Total bagi kehidupan manusia adalah pasang naik air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya ketika tidak terjadi gerhana, Purnama maupun Bulan Baru.

Hujan Meteor Geminid (14-15 Desember 2022)

Fenomena langit terakhir yang akan terjadi pada penghujung 2022, tepatnya 14 hingga 15 Desember 2022, adalah hujan meteor Geminid. Geminid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Gemini, dan berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon.
Hujan meteor ini melaju dengan intensitas maksimum sebesar 120 meteor per jam. Dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 46 derajat (Pulau Rote) hingga 63 derajat (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 86 meteor per jam (Pulau Rote) hingga 107 meteor per jam (Sabang).
Ilustrasi hujan meteor Foto: NASA/JPL
Menurut laporan LAPAN-BRIN, Geminid dapat disaksikan dari arah Timur Laut hingga Barat Laut sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Kecepatan meteor dapat mencapai 126.000 km per jam.
ADVERTISEMENT
Pengamatan Geminid mungkin dapat terganggu karena ada interferensi cahaya Bulan berfase Benjol Akhir yang terbit di arah Timur Laut saat titik radian Geminid berada di ketinggian 30 derajat di arah yang sama. Meski begitu, hujan meteor ini tetap dapat diamati dengan mata telanjang tanpa alat bantu optik, kecuali kamu ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video yang butuh alat.
Pastikan juga cuaca di lokasi pengamatan cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan tidak ada polusi cahaya.