Dahsyatnya Erupsi Gunung Berapi Purba di Indonesia, Bikin Manusia Terancam Punah

19 Oktober 2020 8:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gunung Toba meletus. Foto: wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Toba meletus. Foto: wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Sekitar 71.000 hingga 74.000 tahun yang lalu, Gunung Toba, sebuah gunung berapi raksasa yang terletak di pulau Sumatera, Indonesia, meletus dengan kekuatan maha dahsyat. Ahli vulkanologi menganggap, peristiwa itu sebagai letusan gunung terbesar sepanjang sejarah manusia.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Gunung Toba (sekarang menjadi Danau Toba yang terbentuk gara-gara erupsi tersebut) yang terletak di bagian utara dan tengah pulau Sumatera memuntahkan 2.800 kilometer kubik abu dan lava ke udara. Abunya menyebar sejauh ribuan kilometer dan menyebabkan suhu udara di seluruh dunia turun drastis. Efek letusan bahkan dirasakan hingga ke Afrika Selatan dan berdampak pada kehidupan manusia purba.
Saking dahsyatnya, manusia yang hidup pada masa itu terancam mengalami kepunahan. “Toba adalah letusan terbesar di Bumi dalam dua juta tahun terakhir,” kata Gene Smith, seorang ahli geologi di University of Nevada di Las Vegas, Nevada, AS, seperti dikutip National Geographic.
Bagaimanapun, letusan Toba membawa Bumi pada zaman es yang parah. Bukti inti es menunjukkan bahwa suhu di seluruh dunia turun sebesar 3 hingga 5 derajat Celcius selama bertahun-tahun pasca-letusan. Bahkan berdasarkan penelitian, suhu udara di belahan Bumi utara pada tahun pertama Toba meletus turun hingga 10 derajat Celcius.
Kaldera Toba, Sumatera Utara Foto: Shutter stock
Mengingat letusan Toba sangat berperan pada kelangsungan umat manusia, para peneliti lantas melakukan serangkaian studi untuk memahami bagaimana manusia bisa bertahan dari peristiwa mengerikan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada 2011, Smith dan istrinya melakukan perjalanan sebuah situs arkeologi di Pinnacle Point Afrika Selatan. Kala itu, Smith bertemu dengan seorang arkeolog bernama Curtis Marean dari Arizona State University. Marean menunjukkan kepada Smith sampel tanah misterius di daerah tersebut yang segera dikenali sebagai abu dari gunung berapi. Smith lantas bergabung dengan tim Marean untuk mengidentifikasi lebih lanjut.
Pertama, tim harus mencari tahu gunung berapi mana yang ada di situs terdekat. Mereka juga harus mencari sampel pecahan kaca mikroskopis untuk mengungkap sumber letusan. Hasilnya, sampel kaca yang ditemukan secara kimiawi cocok dengan yang ada di Toba. Sementara berdasarkan umur lapisan abu, letusan diperkirakan terjadi sekitar 74.000 tahun lalu, ini cocok dengan peristiwa letusan Toba maha dahsyat.
Ilustrasi gunung meletus. Foto: Pxfuel
Di bawah lapisan abu para peneliti menemukan lebih dari 400 ribu artefak yang ditinggalkan manusia, mulai dari peralatan batu hingga tulang hewan bekas pembakaran. Berdasarkan bukti itu, tim berpendapat bahwa populasi manusia modern yang berhasil lolos dari dampak letusan berkembang pesat di pantai Afrika Selatan. Mereka bertahan di lokasi tersebut selama ribuan tahun.
ADVERTISEMENT
Menurut Marean, kemungkinan besar pantai Afrika Selatan telah menjadi tempat berlindung manusia dari suhu udara dingin yang mematikan akibat letusan Gunung Toba. Hal ini pada satu studi tentang toba yang dilakukan pada 2009.
“Jika ada musim dingin vulkanik terjadi sangat dingin di seluruh dunia, maka di sepanjang garis pantai tidak akan sedingin itu,” kata ilmuwan iklim Universitas Rutgers Alan Robock dalam studi Toba 2009.