Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mantan atlet voli putri Indonesia, Aprilia Manganang , mengganti statusnya dari perempuan ke laki-laki. Eks pevoli yang pensiun pada 2020 dan menjadi Sersan Dua TNI itu diketahui memiliki kelainan hipospadia.
ADVERTISEMENT
Aprilia saat masuk menjadi anggota TNI AD pun masih berstatus wanita. Karena itu pula, Aprilia Manganang sempat bergabung ke Korps Wanita TNI AD (Kowad).
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pembukaan uretra bisa terletak di sepanjang batang penis. Dalam beberapa kasus, pembukaan uretra bisa juga berada di pertemuan penis dan skrotum.
Angka kejadian hipospadia bervariasi di tiap negara. Kemungkinan kelainan ini terjadi pada 1 dari 250-300 kelahiran laki-laki. Namun, kemungkinan hipospadia akan meningkat 13 kali lebih sering pada laki-laki yang saudara dan orang tuanya menderita hipospadia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, kasus hipospadia pun tidak hanya dialami Aprilia Manganang. Berdasarkan jurnal berjudul ‘Common Practice of Hypospadias Management by Pediatric Urologists in Indonesia: A Multi-center Descriptive Study from Referral Hospitals’ (2019), ada 591 kasus hipospadia yang tercatat sepanjang Juni-September 2018.
Dalam penelitian itu, ada 12 RS rujukan yang biasa menangani kasus hipospadia. RS Fatmawati (Jakarta) tercatat paling banyak menangani kasus tersebut, yaitu 199 kasus. Diikuti oleh RS Sanglah (Denpasar) dengan 83 kasus.
Sementara itu, Jakarta menjadi kota dengan penanganan kasus hipospadia terbanyak. Ada 257 kasus yang ditangani di kota tersebut. Diikuti oleh Denpasar dengan 83 kasus.
Meski begitu, data-data ini bukan gambaran munculnya kejadian hipospadia di suatu kota. Itu karena, pasien di suatu wilayah akan dirujuk ke RS terdekat yang mampu menangani kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penelitian itu juga mencatat kelompok usia pasien ketika melakukan operasi di rumah sakit tersebut. Operasi dilakukan untuk membentuk lubang uretra baru di tempat yang seharusnya.
Tercatat bahwa pasien berusia di atas 4 tahun paling banyak, yaitu 361 pasien atau sekitar 61,1 persen. Diikuti oleh pasien dengan kelompok usia >3-4 tahun, yaitu 115 pasien atau 19,5 persen.
Padahal operasi hipospadia paling baik dilaksanakan saat pasien berusia 6-18 bulan. Sejumlah studi lain bahkan menilai operasi hipospadia sebaiknya dilaksanakan saat pasien berusia 6 bulan.
Operasi sedini mungkin diperlukan untuk menghindari komplikasi berupa fistula uretrokutan. Yakni, kondisi ketika muncul lubang yang tidak diinginkan di area selangkangan tempat urine bisa keluar.
Dalam penelitian itu, pasien dengan kelompok usia 0-1 tahun sama sekali tak ada yang mengalami fistula urektrokutan. Sementara itu, komplikasi tersebut paling banyak terjadi di pada pasien dengan kelompok usia di atas 4 tahun, yaitu 82 kejadian
Sebagian besar bayi dengan hipospadia pada dasarnya didiagnosis segera setelah lahir saat masih di rumah sakit. Namun dalam beberapa kasus, bisa saja hipospadia terlambat teridentifikasi.
ADVERTISEMENT
Kasus hipospadia yang dialami Aprilia Manganang, misalnya, baru teridentifikasi pada usianya yang ke-28 tahun. Aprilia pun kini sudah menjalani operasi untuk menyempurnakan kelamin laki-lakinya.
***