news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Di Death Valley National Park, Ada Batu Seberat 320 Kilogram yang Bisa 'Jalan'

3 Maret 2025 8:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batu berjalan di Racetrack Playa di Death Valley National Park, AS. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Batu berjalan di Racetrack Playa di Death Valley National Park, AS. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kalau kamu berjalan di Racetrack Playa di Death Valley National Park, Amerika Serikat, kamu akan melihat fenomena aneh. Di sana, ada batu besar yang tampak diikuti oleh jejak menyerupai lintasan balap, terukir di dasar danau yang kering.
ADVERTISEMENT
Benda yang dijuluki ‘batu berlayar’ itu bobotnya bisa mencapai 320 kg. Melihat jejak yang ada di belakangnya, batu tampak sudah berpindah dari tempat asalnya. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah benda itu pindah dengan cara meluncur dari pasir?
Pertanyaan-pertanyaan ini sudah muncul sejak tahun 1940-an. Faktanya, batu berlayar memang bergerak meski belum diketahui bagaimana mereka melakukannya.
Pada 2014, sebuah penelitian yang terbit di jurnal PLOS One berupaya memecahkan misteri ini dengan memasang pelacak GPS pada batu besar dan merekamnya menggunakan kamera time-lapse. Ini pertama kalinya batu berlayar direkam, mengarah pada penemuan penting yang menjelaskan bagaimana dia bergerak.
Racetrack Playa di Death Valley adalah lanskap yang cukup berdebu saat bulan-bulan musim panas. Namun saat musim dingin tiba, kolam dangkal terbentuk di sana. Saat cuaca cukup dingin, air membeku dan menciptakan lapisan es setebal 3 hingga 6 milimeter. Tidak banyak, tapi cukup untuk menciptakan lapisan yang pecah dan terdorong oleh angin sepoi-sepoi.
ADVERTISEMENT
Batu berjalan di Racetrack Playa di Death Valley National Park, AS. Foto: Shutterstock
“Kondisi yang diperlukan untuk pergerakan batuan yang kami amati adalah keberadaan kolam Racetrack Playa yang cukup dalam untuk menenggelamkan bagian selatan tempat tersebut, namun cukup dangkal untuk membiarkan banyak batuan terekspos sebagian di permukaan kolam,” tulis peneliti.
“Ciri-ciri berulang lainnya dari peristiwa pergerakan batuan yang kami amati meliputi keberadaan es yang mengapung, suhu dan sinar Matahari yang cukup untuk menciptakan kolam lelehan di dalam es, dan angin sepoi-sepoi yang cukup stabil untuk menggerakkan es yang mengapung.”
Data GPS mengungkap bahwa begitu batu layar mulai bergerak, kecepatannya sekitar 2 hingga 5 meter per menit, menjadi batu bergerak tercepat di Bumi.
Ilmuwan mengamati reli batu balap tersebut ketika 60 batu mulai bergerak secara bersamaan, beberapa bergerak sejauh 224 meter. Peneliti menduga, es mungkin berperan dalam fenomena batu ini, kendati es yang ada sangat tipis dan angin juga berhembus cukup pelan.
ADVERTISEMENT
Batu layar bergerak di musim-musim tertentu, terjadi dalam rentang waktu beberapa tahun hingga beberapa dekade karena hujan dan salju yang turun tidak cukup untuk membentuk kolam musim dingin yang dangkal.