Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Di Papua Nugini, Ada Burung yang Bulunya Mengandung Racun Mematikan
8 Januari 2025 8:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saat tim membebaskan burung pitohui dari jaring, burung-burung itu menggigit mereka. Luka gigitan burung hanya diisap pakai mulut, tanpa memakai plester untuk mengobatinya. Beberapa saat kemudian sesuatu yang aneh mulai terjadi.
Mulut para peneliti terasa terbakar bercampur gatal, bahkan mati rasa. Gejala ini berlangsung cukup lama, bisa berjam-jam bahkan berlanjut hingga keesokan harinya. Merasa ada yang janggal, tim menanyakan tentang apa yang terjadi kepada pemandu lokal yang mendampingi mereka selama ekspedisi.
“Kami bertanya ‘Apa yang Anda ketahui tentang burung-burung ini, mereka tampaknya beracun bagi kami?’, dan mereka berkata ‘Oh ya, itu burung sampah, mereka tidak berguna. Anda bahkan tidak bisa memakan burung-burung ini’. Jadi kami segera memulai penelitian tentang hooded pitohui,” ujar Dumbacher dalam sebuah video untuk California Academy of Science.
ADVERTISEMENT
Studi para peneliti mengungkap bahwa burung hooded pitohui memiliki sejenis racun di bulunya. Racun itu menempel di tangan peneliti saat mereka menyentuh burung, lalu racunnya masuk ke mulut saat menjilati luka akibat gigitan hewan tersebut. Racun itu adalah neurotoksin alkaloid steroid yang mematikan.
“Pada awalnya, zat ini dapat menyebabkan kesemutan dan mati rasa. Dalam dosis yang lebih tinggi, zat ini dapat menyebabkan kelumpuhan, serangan jantung, dan kematian. Gram per gram, zat ini merupakan salah satu zat alami paling beracun yang diketahui,” papar Dumbacher.
Lantas, bagaimana burung hooded pitohui mendapatkan zat beracun ini di bulunya? Semuanya bergantung pada makanan. Hooded pitohui memakan kumbang pembawa racun yang hidup di New Guinea. Ketika burung memakan kumbang, neurotoksin terakumulasi di jaringan mereka. Bagi burung, akumulasi nerotoksin ini tidak beracun dan berbahaya. Namun ketika dilepaskan ke predator atau reptil, racun akan bekerja dengan sangat ampuh. Ini bahkan dapat mencegah predator memakan telur burung hooded pitohuis.
ADVERTISEMENT
Adapun kumbang yang dimakan hooded pitohui adalah Choresine pulchra, atau dikenal sebagai kumbang nanisani beracun. Kumbang ini juga dimakan oleh burung ifrita bertopi biru dan ifrita kowaldi.
Studi menunjukkan, kumbang Choresine berpotensi menjadi sumber makanan langsung bagi burung-burung di New Guinea. Tak hanya burung, ada kekhawatiran angsa liar yang tersebar di dunia juga beracun. Jika ini benar, ada baiknya jangan memakan hewan liar sembarangan. Makanlah makanan yang sudah dijamin keamanannya.