Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Dikira Punah, Spesies Langka Mamalia Bertelur Ini Kembali Ditemukan di Papua
10 November 2023 11:46 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Sekelompok peneliti kembali menemukan spesies mamalia bertelur yang dikira punah di pegunungan Papua, Indonesia. Hewan berduri landak dan moncong tringgiling ini sempat hilang selama lebih dari 60 tahun.
ADVERTISEMENT
Namanya landak semut atau ekidna moncong panjang. Dia memiliki nama latin Zaglossus attenboroughi, diambil dari nama naturalis Inggris Sir David Attenborough sebagai penghormatan.
Z. attenboroughi ditemukan masih hidup di hutan terpencil di Pegunungan Cycloop, Papua . Penampakannya terekam kamera yang dipasang oleh tim ilmuwan dari Oxford University dalam ekspedisi selama empat minggu.
Total ada lebih dari 80 kamera yang dipasang. Ahli biologi James Kempton kemudian menemukan rekaman makhluk kecil tersebut berjalan melewati semak-semak hutan dari kartu memori salah satu kamera terakhir pada 22 Juli 2023, setelah turun dari pegunungan di akhir ekspedisi.
"Ada rasa euforia yang luar biasa, dan juga rasa lega setelah sekian lama berada di lapangan tanpa imbalan apa pun hingga hari terakhir," aku Kempton ketika melihat rekaman ekidna moncong panjang bersama dengan kolaborator dari organisasi konservasi Yayasan Pelayanan Papua Nenda (YAPPENDA), seperti dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
Ekidna memiliki nama yang sama dengan makhluk mitologi Yunani setengah wanita dan setengah ular, Echidna. Para ilmuwan menggambarkan ekidna sebagai hewan pemalu dan nokturnal (binatang yang aktif di malam hari) yang terkenal sulit ditemukan.
"Alasan mengapa mamalia ini tampak berbeda dari mamalia lain adalah karena mereka merupakan anggota monotremata –kelompok bertelur yang terpisah dari mamalia lainnya sekitar 200 juta tahun yang lalu," tambah Kempton.
Sebelumnya Z. attenboroughi hanya terdokumentasi satu kali secara ilmiah oleh ahli botani asal Belanda Pieter van Royen pada 1961 silam, menimbulkan kekhawatiran spesies tersebut telah punah selama ini. Spesies berbeda pernah ditemukan di Australia dan Papua Nugini.
Ekspedisi Kempton dan tim, dilansir Reuters, cukup menantang karena merasakan gempa, terinfeksi malaria, hingga lintah menempel di bola mata selama perjalanannya. Mereka bekerja sama dengan warga lokal Yongsu Sapari untuk menavigasi dan menjelajahi daerah terpencil di timur laut Papua.
ADVERTISEMENT