Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
DNA Purba Usia 2 Juta Tahun Ditemukan, Ungkap Dunia yang Hilang
9 Desember 2022 15:18 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Greenland pada masa itu adalah habitat bagi banyak hewan. Dataran tersebut 19 derajat Celsius lebih hangat daripada sekarang. Meskipun begitu, ekosistem dan hewan-hewan yang berhasil bertahan membuat ilmuwan terkesima.
Profesor Eske Willerslev dari University of Cambridge dan University of Copenhagen, mengatakan:
Rekor DNA tertua sebelumnya dipegang oleh penemuan fosil mammoth yang ditemukan di Siberia berusia 1-1,2 juta tahun.
“DNA dapat terurai dengan cepat tetapi kita telah menunjukkan bahwa dalam keadaan yang tepat, kita sekarang dapat kembali ke masa lalu lebih jauh dari yang dapat dibayangkan siapa pun,” kata Willerslev, seperti dikutip The Guardian.
ADVERTISEMENT
Willerslev dan koleganya bekerja selama 16 tahun pada proyek tersebut, menghasilkan DNA dari 41 sampel yang ditemukan tersembunyi di tanah liat dan kuarsa yang kemudian diurutkan dan diidentifikasi.
Sampel DNA purba ditemukan terkubur jauh di dalam Formasi Kap København, sebuah endapan sedimen setebal hampir 100 meter yang terbentuk selama 20.000 tahun. Sedimen tersebut terselip di fyord di Samudra Arktik di titik paling utara Greenland, terawetkan dalam es atau permafrost tanpa tersentuh oleh manusia selama 2 juta tahun.
Tidak ada karnivora
Tidak ada DNA karnivora ditemukan di sampel tersebut, mungkin karena jumlahnya lebih sedikit. Namun para ilmuwan berspekulasi mungkin ada beruang purba, serigala, atau harimau bertaring tajam.
“Kami tidak tahu apa yang ada di sana, tapi mungkin sesuatu yang memakan mastodon dan rusa kutub,” tambah Willerslev.
Para penulis studi mengatakan sangat menarik bahwa spesies ini dapat berkembang sejauh ini di utara, di mana sebagian besar hari sepanjang tahun terkurung kegelapan malam tanpa siang di musim dingin, meskipun suhunya lebih hangat pada masa itu dibanding sekarang.
ADVERTISEMENT
“Data menunjukkan bahwa lebih banyak spesies dapat berevolusi dan beradaptasi dengan suhu yang sangat bervariasi dari yang diperkirakan sebelumnya,” ujar Dr Mikkel Pedersen, dari Lundbeck Foundation GeoGenetics Center di University of Copenhagen dan rekan penulis pertama.
Live Update