DNA Tertua di Dunia Ditemukan, Milik Mammoth Usia 1,2 Juta Tahun

18 Februari 2021 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gajah Mammoth. Foto: Mauricio Antón/Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gajah Mammoth. Foto: Mauricio Antón/Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Para peneliti baru saja mengumumkan penemuan DNA tertua yang pernah ditemukan manusia. DNA tersebut milik gajah purba berbulu, mammoth, yang hidup di Siberia pada 1,2 juta tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Sebelum penemuan ini, DNA tertua yang pernah ditemukan manusia berusia antara 560.000 dan 780.000 tahun milik seekor kuda purba.
“Ini lompatan besar ke belakang dalam waktu. Itu sudah pasti,” kata penulis studi, Love Dalén, dari Center for Paleogenetics di Stockholm, Swedia, dalam wawancara dengan stasiun radio NPR.
Dalam penelitiannya, para peneliti menyebut DNA tertua yang mereka temukan berasal dari tiga spesimen gigi mammoth yang digali pada tahun 1970-an di lapisan tanah beku (permafrost) di sekitar timur laut Siberia. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Nature pada 17 Februari 2021.
Ilmuwan menjelaskan, mereka dapat mempelajari DNA gigi tersebut karena spesimen diawetkan dengan baik selama jutaan tahun oleh permafrost. Suhu dingin memang dapat mencegah DNA rusak dari paparan panas atau cahaya matahari.
ADVERTISEMENT
Dari tiga spesimen gigi mammoth itu, dua di antaranya terlihat seperti milik mammoth stepa (Mammuthus trogontherii) dan masing-masing berusia 1,1-1,2 dan 1,0-1,2 juta tahun. Keduanya di ambil dari Krestovka dan Adycha di Rusia. Mammoth stepa sendiri diperkirakan hidup di utara Eurasia pada 1,7 juta tahun lalu.
Adapun spesimen gigi ketiga, dari wilayah Chukochya di Rusia, tampak seperti mammoth berbulu (Mammuthus primigenius). Peneliti mengatakan, usianya berkisar 500-800.000 tahun.
Ilustrasi DNA. Foto: Pixabay
Selain menemukan DNA tertua di dunia, periset juga mengatakan data genom dari gigi mammoth tersebut mengubah pemahaman kita soal evolusi mammoth.
Ilmuwan menjelaskan, ternyata mammoth di Amerika Utara (Mammuthus columbi) adalah hewan hibridisasi antara dua kelompok tersebut, di mana dia memperoleh setengah DNA mereka dari masing-masing kelompok.
ADVERTISEMENT
“Alih-alih hanya ada satu spesies (atau garis keturunan) mammoth di Siberia sekitar 1-2 juta tahun yang lalu, sekarang tampaknya ada dua,” kata Dalén kepada New Scientist.
Para peneliti mengetahui hubungan spesies mammoth itu setelah membandingkan informasi penanggalan geologi dengan data genetik.
Seiring waktu, material genetik seperti DNA akan bermutasi, yang bakal mengubah urutan genetik suatu spesies. Mutasi tersebut bertambah dengan kecepatan yang cukup konstan dari waktu ke waktu, sehingga peneliti dapat menghitung jumlah mutasi untuk mengetahui berapa lama waktu yang telah berlalu sejak peristiwa evolusi tertentu. Misalnya, titik ketika suatu spesies terpecah menjadi dua.
Dalén memperkirakan, kedua garis keturunan mammoth stepa dan mammoth berbulu bercampur lebih dari 420.000 tahun yang lalu. Meski demikian, hingga saat ini tidak jelas bagaimana bisa ketiga spesies mammoth itu terhubung.
ADVERTISEMENT
Mammoth sendiri pertama kali berevolusi di Afrika pada 5 juta tahun yang lalu, menurut catatan University of California Museum of Paleontology. “Dia awalnya adalah spesies tropis,” kata Dalén.
Selama beberapa juta tahun kemudian, sejumlah mammoth pindah dari Afrika. Keluarga besar mammoth sebenarnya punya hidup yang panjang di Bumi. Mammoth terakhir diperkirakan baru punah pada 4.000 tahun yang lalu.
Ilustrasi gajah Mammoth. Foto: Antranias via Pixabay
Meski berhasil menemukan DNA tertua sejauh ini, para peneliti berpikir bahwa penemuan mereka tak akan selamanya jadi data genetik hewan purba tertua yang bakal ditemukan manusia.
Menurut ilmuwan, berdasarkan apa yang mereka pelajari dari pekerjaan ini, mereka akan mampu mengekstrak DNA yang jauh lebih tua dari spesimen lain yang mungkin muncul dari lapisan tanah beku. Lapisan tanah beku di Bumi sendiri terbentuk sejak 2,6 juta tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Kami belum mencapai batasnya. Dugaan terpelajar adalah bahwa kami dapat memulihkan DNA yang berusia 2 juta tahun, dan mungkin bahkan sejauh 2,6 juta," kata Anders Götherström, seorang arkeolog molekuler dan anggota penulis studi tersebut, dalam siaran pers. "Sebelumnya (2,6 juta tahun lalu), tidak ada lapisan es tempat DNA purba bisa terawetkan."