Evolusi Bikin Burung Unta dan Kasuari Tak Bisa Terbang

12 April 2019 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung unta di Kota Oudtshoorn, Afrika Selatan  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Burung unta di Kota Oudtshoorn, Afrika Selatan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Burung unta terkenal mampu berlari cepat, sementara kasuari punya kekuatan fisik berbahaya yang dapat mengancam nyawa manusia. Kita tahu bahwa kedua burung ini memiliki ukuran tubuh yang besar, tetapi apakah kita tahu mengapa kedua burung ini tak dapat terbang?
ADVERTISEMENT
Dalam struktur kerangkanya, burung yang tidak dapat terbang, seperti burung unta dan kasuari, memiliki tulang sayap yang secara proporsional lebih kecil ketimbang badannya.
Burung semacam ini memiliki sternum (tulang bagian bawah di dada), tetapi tidak mempunyai tulang stabil di mana otot terbang menempel. Spesies-spesies ini juga memiliki tubuh lebih besar dan kaki lebih panjang dibanding burung-burung yang mampu terbang.
Kondisinya yang unik ini terbentuk oleh proses evolusi yang panjang. Artinya, dahulu kala, nenek moyang burung unta dan kasuari memiliki kemampuan terbang cukup baik; kemampuan ini menghilang seiring berjalannya waktu.
Burung unta di Kota Oudtshoorn, Afrika Selatan Foto: Shutter Stock
Penelitian terbaru di jurnal Science pada 5 April lalu menunjukkan, ketidakmampuan terbang burung unta dan kasuari berkaitan dengan perubahan pada DNA mereka. Evolusi mengubah DNA dan "membumikan" mereka.
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurut analisis genetik di jurnal itu, dipaparkan bahwa mutasi pada DNA telah menyebabkan burung-burung ratite (termasuk emus, kiwi, rheas, dan moa) mengalami lima kali kehilangan kemampuan terbang selama evolusi mereka (sempat mampu terbang kembali dan tidak lagi kemudian), dengan hanya tinamous yang masih mempertahankan kemampuan untuk terbang secara konsisten.
Dilansir dari Science News, para peneliti juga menemukan bahwa lebih dari 200 gen penyandi protein telah berevolusi (membangun mutasi) lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Perubahan gen-gen itu berpengaruh terhadap sistem metabolisme dan pengecilan sayap pada burung ratite.
Seekor Burung Kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus) berkeliaran di kawasan Sungai Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Secara umum, mutasi yang mengubah protein memang cenderung lebih merusak, dan hal inilah yang membuat burung-burung ratite tidak dapat terbang.
Protein terlibat dalam banyak proses biologis di seluruh tubuh. "Jadi, di mana pun protein ini (dibuat oleh bagian tubuh), akan ada konsekuensinya," kata Camille Berthelot, ahli genetika evolusioner di institut penelitian medis nasional INSERM di Paris, Prancis.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, muncul hipotesis yang mencoba menjawab pertanyaan mengapa hanya tinamous yang mempertahankan kemampuan terbangnya?
Semua nenek moyang burung ratite telah kehilangan kemampuan terbang; tinamous (secara misterius) mendapatkannya kembali dalam proses evolusi. Kendati kurang masuk akal, ahli biologi evolusi Scott Edwards dari Universitas Harvard tidak menolaknya sebagai salah satu kemungkinan.