Fakta-fakta Flu Babi Jenis Baru yang Berpotensi Pandemi

30 Juni 2020 15:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi babi di peternakan Foto: AFP/Ina Fassbender
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi babi di peternakan Foto: AFP/Ina Fassbender
ADVERTISEMENT
Hal yang lebih buruk di saat pandemi adalah kabar mengenai kemungkinan munculnya pandemi lain di masa depan. Pada Senin (29/6), para peneliti China memperingatkan flu babi jenis baru yang berpotensi menjadi pandemi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Laporan para peneliti China tersebut dipublikasi dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS). Di dalam laporan itu, para peneliti memaparkan temuan dari pengawasan yang mereka lakukan terhadap virus flu babi di China dari 2011 hingga 2018.
Dari pengawasan mereka, para peneliti menemukan jenis flu babi baru yang dinamai genotipe 4 (G4) EA (Eurasian avian-like) H1N1. Berikut sejumlah catatan fakta penting yang mereka paparkan.

Berasal dari garis keturunan virus berbeda

Jenis virus G4 EA H1N1 merupakan salah satu dari enam genotipe virus yang para peneliti temukan sejak 2011 hingga 2018. Menurut catatan peneliti, varian virus G4 EA H1N1 memiliki garis keturunan dari strain yang ditemukan pada virus flu burung Eropa dan Asia (Eurasian avian-like virus), strain virus H1N1 yang menyebabkan pandemi flu babi 2009, dan virus H1N1 Amerika Utara yang memiliki gen dari virus flu burung, manusia, dan babi.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menyebut, varian genotipe selain G4 telah menghilang peredarannya. Varian G1, misalnya, muncul pada bagian utara dan selatan China. Namun, genotipe itu dilaporkan menghilang sejak 2014. Adapun genotipe 2,3, dan 6 hanya muncul sementara pada 2011 hingga 2015. Sementara genotipe virus G5 muncul bersamaan dengan G4 di selatan China pada 2013, tetapi G5 tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya di babi sejak 2018.
Babi di peternakan China Foto: REUTERS/Stringer

Virus ditemukan di 10 provinsi China

Dalam mengawasi perkembangan virus flu babi, para peneliti telah melakukan 30.000 tes swab kepada babi di berbagai rumah jagal yang tersebar di 10 provinsi Cina. Jumlah tersebut juga didukung oleh 1.000 swab lain dari babi dengan gejala gangguan pernapasan yang ada di rumah sakit pendidikan kedokteran hewan mereka.
ADVERTISEMENT
Dari puluhan ribu tes swab tersebut, para peneliti menemukan 179 virus flu babi. Sebagian besar dari virus tersebut adalah G4, yang telah mendominasi di babi sejak 2016.
“Virus G4 telah menunjukkan peningkatan tajam sejak 2016, dan merupakan genotipe dominan dalam sirkulasi pada babi yang terdeteksi di setidaknya 10 provinsi,” tulis para peneliti.

Telah menular ke manusia, berpotensi jadi pandemi di masa depan

Untuk mencari tahu apakah virus G4 EA H1N1 telah menginfeksi manusia, para peneliti melakukan pengawasan serologis sejak 2016 hingga 2018. Mereka berhasil mengumpulkan total 338 sampel serum yang dikumpulkan dari para pekerja peternakan babi di 15 peternakan berbeda. Sebanyak 230 sampel serum dari rumah tangga biasa juga dikumpulkan sebagai kelompok pembanding populasi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan para peneliti, sebanyak 10,4 persen atau 35 dari 338 peternak babi positif G4 EA H1N1. Adapun dari kelompok rumah tangga biasa, sebanyak 4,4 persen atau 10 dari 230 orang positif G4 EA H1N1.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa virus G4 EA H1N1 telah berpindah dari hewan ke manusia. Para ilmuwan belum menemukan adanya bukti bahwa virus tersebut dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Ilustrasi babi di peternakan. Foto: AFP/Ina Fassbender
Adapun dalam pengujian terhadap sel manusia, para peneliti menyebut virus G4 dapat bereplikasi secara efektif. Mereka juga menemukan virus G4 dapat bereplikasi dan menciptakan patogen pada ferret, hewan mirip musang yang banyak digunakan dalam studi flu karena mereka mengalami gejala yang serupa dengan manusia.
ADVERTISEMENT
Dari sejumlah pengujian dan percobaan yang mereka lakukan, para peneliti khawatir atas potensi penularan virus G4 antar manusia.
“Sangat mengkhawatirkan bahwa infeksi virus G4 pada manusia akan meningkatkan adaptasi (di dalam tubuh) manusia dan meningkatkan risiko pandemi manusia,” tulis ilmuwan.

Manusia tidak kebal dengan G4 EA H1N1

Seperti yang diketahui, kekebalan manusia terhadap suatu virus bisa muncul setelah terpapar oleh virus terkait atau melalui vaksin. Namun dalam kasus G4 EA H1N1, para peneliti memperingatkan bahwa manusia tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.
Sebab, virus flu babi jenis baru mengalami penyimpangan antigenik yang dapat mengurangi perlindungan imunitas manusia terhadap virus itu. Perubahan antigenik dari virus G4, kata peneliti, disebabkan karena mereka telah membentuk kelompok evolusi yang independen.
ADVERTISEMENT
“Secara kolektif, virus EA reassortant dominan G4 secara antigen berbeda dari strain vaksin influenza manusia saat ini, menunjukkan bahwa kekebalan yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari vaksin influenza musiman manusia saat ini tidak dapat memberikan perlindungan terhadap virus G4,” kata peneliti.