Fakta Ilmiah Terkait BPA pada Kemasan Pangan dan Risiko Kesehatan

5 September 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bisphenol A yang terkandung dalam kemasan plastik. Foto: Vitalii Vodolazskyi/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bisphenol A yang terkandung dalam kemasan plastik. Foto: Vitalii Vodolazskyi/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bisphenol-A atau BPA adalah zat kimia yang digunakan untuk menghasilkan plastik polikarbonat dan resin epoxy yang merupakan bahan dasar umum pada wadah makanan dan botol minum.
ADVERTISEMENT
Kedua bahan tersebut kerap digunakan produsen karena bersifat multiguna, isolator listrik yang baik, dan tidak mudah rusak maupun terbakar.
Namun, masyarakat sempat dihebohkan dengan berita terkait bahaya kandungan BPA pada kemasan pangan. Pasalnya, disebutkan penggunaan BPA di wadah makanan dan minuman dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, seperti infertilitas hingga kanker.
Sejumlah penelitian pun diketahui telah menjabarkan fakta-fakta ilmiah BPA serta kaitannya dengan kesehatan, sebagai berikut:
1. BPA dapat Bermigrasi dari Wadah Makanan dan Minuman
Sejumlah penelitian membuktikan BPA dapat berpindah atau bermigrasi dari wadah makanan dan minuman.
Dilansir dari penelitian berjudul “Bisphenol-A (BPA) in Foods commonly consumed in Southwest Nigeria and its Human Health Risk”, disebutkan kadar BPA yang masuk akan meningkat seiring dengan pemanasan, kontak dengan bahan alkali atau asam, penggunaan lama dan berulang, serta terpapar dengan microwave.
ADVERTISEMENT
2. 90% BPA yang Masuk ke Tubuh Merupakan Bentuk Tidak Aktif
Sekitar 90% BPA yang masuk ke dalam tubuh adalah dalam bentuk tidak aktif, tidak memiliki aktivitas hormonal, tidak berbahaya, dan bersifat larut dalam air sehingga dapat diekskresikan melalui urine.
Dilansir dari “Effects of temperature and storage time on bisphenol A migration from polycarbonate bottles into water: Analysis using UV-visible spectrophotometric method”, diketahui BPA yang masuk ke dalam tubuh belum bisa dinyatakan secara konklusif dapat menyebabkan penyakit karena BPA yang masih dalam bentuk aktif (berisiko mengganggu kesehatan) kadarnya sangat rendah.

3. BPA dan Kaitannya dengan Risiko Infertilitas

BPA kerap dikaitkan dengan risiko infertilitas. Faktanya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan bahwa BPA dapat menyebabkan infertilitas pada wanita menurut studi literatur yang mengumpulkan dan mempelajari penelitian mengenai BPA dan kaitannya dengan infertilitas wanita sejak tahun 2013 sampai 2022.
ADVERTISEMENT
4. BPA dan Kaitannya dengan Risiko Obesitas
Paparan BPA juga dihubungkan dengan risiko obesitas. Faktanya, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal ini mengingat studi intervensi yang tersedia masih terbatas pada uji terhadap hewan coba.
5. BPA dan Kaitannya dengan Risiko Kanker
Data epidemiologis yang menunjukkan kaitan paparan BPA dengan kanker masih terbatas, khususnya pada kanker ovarium. Penelitian tersebut masih terbatas pada studi observasional, sehingga sulit ditentukan secara sebab akibat.
Hal ini pun sekaligus mematahkan isu yang mengatakan paparan BPA pada plastik polikarbonat dan resin epoxy dapat menyebabkan kanker.
Ilustrasi yang berbahaya bagi kesehatan. Foto: Shutterstock
Sebetulnya BPOM telah menetapkan batas migrasi maksimal BPA pada kemasan pangan adalah sebesar 600 mikrogram/kg (0,6 bpj) sesuai ketentuan dalam Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.
ADVERTISEMENT
Jadi, seluruh produk berbahan plastik polikarbonat atau resin epoxy tergolong aman dan tidak membahayakan kesehatan tubuh selama produk-produk tersebut telah memenuhi persyaratan serta memperoleh izin edar BPOM.
Sementara itu, berkaitan dengan bahaya paparan BPA pada kemasan pangan, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengingat studi-studi yang ada masih belum konklusif karena terbatasnya jumlah sampel, studi yang dilakukan umumnya studi observasional, dan lebih banyak dilakukan uji terhadap hewan coba sehingga belum dapat mewakili subjek populasi pada manusia.