Fakta Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Asal Inggris yang Muncul di Indonesia

2 Maret 2021 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2.  Foto: Nanographics
zoom-in-whitePerbesar
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2. Foto: Nanographics
ADVERTISEMENT
Varian baru virus corona B.1.1.7 telah masuk ke Indonesia. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono, setidaknya sudah ada dua kasus mutasi corona itu yang terpantau di Indonesia sejak Senin (1/3) malam.
ADVERTISEMENT
Dante menyampaikan temuan itu tepat ketika Indonesia memperingati setahun pengumuman dua kasus corona pertama yang tercatat pemerintah. Temuan mutasi virus corona ini pun menggarisbawahi kesiapan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19.
"Artinya apa? artinya kita akan menghadapi pandemi ini dengan tingkat kesulitan yang semakin berat," kata Dante dalam jumpa pers virtual, Selasa (2/3).
Kekhawatiran yang disampaikan Dante memang tidak berlebihan. Sejak muncul di Inggris pada akhir tahun lalu, varian B.1.1.7 telah menyorot perhatian peneliti kesehatan masyarakat karena mutasinya mempercepat transmisi virus corona.
kumparanSAINS telah merangkum sejumlah fakta kunci terkait varian baru virus corona B.1.1.7 yang baru masuk ke Indonesia.

Muncul di Inggris, perubahan genetika terbesar yang pernah tercatat

Varian baru virus corona B.1.1.7 (VUI – 202012/01) pertama kali diumumkan oleh Matt Hancock, Sekretaris Kesehatan Inggris, pada 14 Desember 2020 lalu.
ADVERTISEMENT
Meski baru diumumkan di bulan Desember, mutasi virus sebenarnya sudah hadir jauh-jauh hari. Menurut konfirmasi instansi pemerintah Public Health England dan konsorsium pengurutan genetika COVID-19 Inggris melalui database, sampel pertama yang diketahui memiliki mutasi ini diambil di daerah Kent pada 20 September 2020.
Dalam laporannya pada pertengahan Desember 2020, konsorsium pengurutan genetika COVID-19 Inggris mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat perubahan genetika seperti ini sebelumnya.
"Garis keturunan B.1.1.7 membawa jumlah perubahan genetik virus yang lebih besar dari biasanya. Penambahan 14 pengganti asam amino khusus garis keturunan sebelum pendeteksiannya, hingga saat ini, belum pernah terjadi sebelumnya dalam data genom virus global untuk pandemi COVID-19," jelas tim peneliti.
Virus corona SARS-CoV-2 dalam bentuk 3D. Foto: Nanographics
Menurut penjelasan Lucy van Dorp, seorang ahli evolusi penyakit dari University College London, sebanyak 7 dari 14 perubahan genetik itu berada di spike virus corona. Spike itu sendiri merupakan bagian protein virus yang menjadi medium corona masuk ke sel manusia.
ADVERTISEMENT
Mutasi sebenarnya proses yang alami. Mutasi umumnya terjadi ketika virus typo menyalin urutan genetikanya selama replikasi di sel inang.
Sebagian besar mutasi virus umumnya tidak memberikan dampak baru. Van Dorp memberikan contoh, ketika timnya mengevaluasi mutasi virus di lebih dari 50.000 genom dari gelombang pertama pandemi, dia tidak mendeteksi adanya perubahan yang signifikan mengubah kemampuan bertahan hidup dan reproduksi virus.
"Namun, sering kali mutasi, atau dalam hal ini kombinasi mutasi tertentu, mungkin beruntung dan menawarkan virus keuntungan baru. Virus yang membawa kombinasi mutasi ini kemudian dapat meningkat frekuensinya melalui seleksi alam mengingat lingkungan epidemiologis yang tepat," kata dia dalam sebuah komentar di The Conversation.

Terbukti percepat penularan virus

Ketika pertama kali mengumumkan mutasi B.1.1.7 ke publik, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bilang varian baru virus corona itu 70 persen lebih mudah ditularkan daripada jenis yang ada sebelumnya. Tampaknya, kata dia, varian ini yang mendorong lonjakan cepat dalam infeksi baru di London dan Inggris selatan saat itu.
ADVERTISEMENT
Ia pun menetapkan lockdown paling ketat di negara itu sejak Maret. “Ketika virus mengubah metode serangannya, kami harus mengubah metode pertahanan kami,” ungkapnya.
Pernyataan Johnson kemudian didukung oleh sebuah makalah ilmiah yang ditulis para ilmuwan di Imperial College London pada awal Januari 2020. Mereka menemukan bukti bahwa varian baru corona di Inggris punya tingkat penularan lebih tinggi.
Dengan menggunakan analisis statistik dari kumpulan data kasus COVID-19, mereka memperkirakan varian tersebut berasal dari Inggris muncul pada akhir musim panas hingga musim gugur 2020. Pola penyebaran menunjukkan varian baru corona memiliki keunggulan transmisi 0,4 hingga 0,7 pada nomor reproduksi (R Number) dibandingkan varian sebelumnya.
Nilai R yang lebih tinggi berpotensi meningkatkan jumlah kasus COVID-19 di seluruh populasi.
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Yang menarik, analisis baru juga menunjukkan varian baru bertanggung jawab atas lonjakan infeksi yang terlihat pada kelompok remaja dan orang di bawah 20 tahun, meski para peneliti belum mengetahui kenapa hal itu bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
Saat ini, ada 95 negara termasuk Indonesia yang mencatat kasus corona B.1.1.7.

Lebih mematikan

Tak cuma lebih menular, varian corona B.1.1.7 juga terindikasi lebih mematikan dari varian yang lain. Pernyataan ini pertama kali disampaikan Boris Johnson pada 22 Januari 2021, di mana dia menyebut bahwa data baru menunjukkan B.1.1.7 mungkin 30 persen lebih fatal.
Pernyataan Johnson didukung dari dua analisis yang telah ditinjau oleh komite riset New and Emerging Respiratory Virus Threats (NERVTAG).
Patrick Vallance, kepala penasihat ilmiah Johnson, menjelaskan tingkat kematian rata-rata sebelumnya pada orang berusia 60 tahun di Inggris akibat COVID-19 adalah sekitar 10 per 1.000. Dengan varian baru, kira-kira 13 atau 14 dari 1.000 orang yang terinfeksi diperkirakan akan meninggal, katanya.
Sebuah mikrograf elektron transmisi yang tidak bertanggal dari partikel virus SARS-CoV-2 yang diambil dari pasien yang diisolasi di Amerika Serikat. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
“Saya ingin menekankan bahwa ada banyak ketidakpastian seputar angka-angka ini dan kami membutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk mendapatkan penanganan yang tepat, tetapi jelas merupakan kekhawatiran bahwa ini (varian) memiliki peningkatan mortalitas serta peningkatan penularan,” kata Vallance, dikutip dari USA Today.
ADVERTISEMENT
Adapun menurut Maria Van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk COVID-19, mengatakan kepada Associated Press bahwa penularan dan kematian varian baru sedang dipelajari. Dia mengatakan sejauh ini timnya “belum melihat peningkatan gejala parah" tetapi lebih banyak penularan dapat menyebabkan "sistem perawatan kesehatan yang terbebani" dan dengan demikian akan menimbulkan lebih banyak kematian.

Tak ganggu kemanjuran vaksin

Satu-satunya kabar baik adalah bahwa kemunculan mutasi B.1.1.7 tak akan mengganggu efektivitas vaksin corona, setidaknya yang dibuat oleh Moderna dan Pfizer.
Dalam keterangan resmi di situs web mereka, Moderna mengatakan bahwa vaksin corona buatan mereka tetap bekerja seperti biasa kepada varian baru virus corona B.1.1.7 dari Inggris.
Vaksinasi dengan Moderna COVID-19 Vaccine menghasilkan titer penetral terhadap semua varian utama yang diuji, termasuk B.1.1.7 dan B.1.351, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan Republik Afrika Selatan,” kata perusahaan dalam keterangan resmi mereka, Senin (25/1).
ADVERTISEMENT
“Studi tersebut menunjukkan tidak ada dampak signifikan pada titer penetral terhadap varian B.1.1.7 relatif terhadap varian sebelumnya.”
Perlindungan serupa juga diharapkan tetap diberikan oleh vaksin Pfizer.
“Vaksin Pfizer terbukti memiliki keefektifan dunia nyata yang tinggi yaitu 86% melawan penyakit simptomatik dan asimtomatik di Inggris dan 84% melawan penyakit simptomatik di Israel selama B.1.1.7 lazim,” kata peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Heather Scobie, dikutip dari CNN.