Fakta soal Flu Babi, Penyebab Pasien Suspect Virus Corona Meninggal di Semarang

27 Februari 2020 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simulasi penanganan Airborne/Global Disease di RSUP dr Kariadi emarang, Kamis (30/1).  Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Simulasi penanganan Airborne/Global Disease di RSUP dr Kariadi emarang, Kamis (30/1). Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, mengatakan pasien suspect virus corona yang meninggal di RSUP dr Kariadi Semarang meninggal akibat H1N1 atau Flu Babi, bukan karena COVID-19 seperti yang disangka sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitian sampel pasien di laboratorium Puslitbangke Kementerian Kesehatan RI yang menunjukkan bahwa pasien positif mengidap influenza tipe A atau virus H1N1.
Menurut Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RSUP dr Kariadi, dr Fathur Nur Kholis, virus H1N1 menjadi faktor pemicu pasien mengalami bronkopneumonia yang menyebabkan terjadinya kerusakan di paru dan kegagalan multi-organ hingga meninggal dunia.
"Kematiannya bukan karena flu babinya, tetapi karena bronkopneumonia-nya yang berat. Memang pemicunya adalah dari H1N1, tetapi kondisi dan daya tahan tubuhnya pasien tidak baik sehingga menyebabkan ada infeksi dan kerusakan organ lain yang mengikuti," jelas Fathur.
Seekor babi yang bernama Yossi sedang memakan rumput di "Freedom Farm", Moshav Olesh, Israel. Foto: REUTERS/Nir Elias
Flu babi sendiri memang menjadi salah satu penyebab timbulnya pneumonia. Ketika terjadi komplikasi, virus ini bisa menyebabkan serangan jantung dan sepsis. Disebut flu babi karena pada masa lalu orang-orang yang tertular penyakit ini memiliki riwayat kontak langsung dengan babi, seperti para petani babi dan dokter hewan.
ADVERTISEMENT
Babi diketahui sebagai hewan yang rentan terkena virus influenza, termasuk yang menyerang manusia dan unggas. Ketika babi terserang lebih dari satu virus influenza, gen dari berbagai varian virus dapat tercampur dan bermutasi menjadi virus baru.
Jika varian virus menular kepada manusia dan menyebabkan penyakit, kemudian menyebar antarmanusia, maka flu babi bisa menjadi pandemi. Hal inilah yang terjadi pada 2009 lalu, di mana penularan virus H1N1 terjadi secara global.
Dilaporkan CNN, pada 2009, virus flu babi pernah menyebar ke hampir seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kematian akibat wabah ini diperkirakan mencapai 12.469 orang. Selama pandemi berlangsung, virus telah menyebabkan infeksi pernapasan pada penderitanya.
Simulasi penanganan Airborne/Global Disease di RSUP dr Kariadi emarang, Kamis (30/1). Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases pada 2012 menyebut, secara global jumlah kematian akibat wabah flu babi diperkirakan mencapai 151.700 hingga 575.400 orang.
ADVERTISEMENT
Terbaru, berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) memperkirakan, ada 36.400 hingga 61.200 orang meninggal akibat flu babi di negeri Paman Sam dalam rentang waktu antara Oktober 2018 hingga Mei 2019, dan lebih dari setengah juta orang dirawat di rumah sakit.
Flu babi sendiri diartikan sebagai penyakit pernapasan yang disebabkan virus influenza tipe A. Pada umumnya, virus H1N1 menyebabkan kematian pada babi. Virus ditularkan antarbabi melalui kontak dekat atau menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi.
Pada manusia, selain melakukan kontak dengan babi, virus bisa menular melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, lewat cairan batuk dan bersin. Adapun gejala-gejala yang bisa ditimbulkan meliputi demam, lesu, kurang nafsu makan, batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah, dan diare. Gejala lebih lanjut pneumonia, serangan jantung dan sepsis, hingga kematian.
ADVERTISEMENT
Mereka yang terinfeksi flu dapat mengobatinya dengan obat antivirus untuk mempersingkat durasi dan tingkat keparahannya. Dan yang terpenting, jika gejala muncul segera datangi fasilitas kesehatan.