Fisioterapi Indonesia Siap Beradaptasi dengan Tantangan Kesehatan Global

29 September 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak menjalani fisioterapi. Foto: aldomurillo/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menjalani fisioterapi. Foto: aldomurillo/Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fisioterapi merupakan profesi kesehatan yang berperan penting dalam menjaga dan memulihkan kemampuan gerak manusia. Seiring dengan semakin kompleksnya tantangan kesehatan global, fisioterapi terus beradaptasi dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, profesi ini telah menjadi bagian dari layanan kesehatan dasar, berperan aktif di Puskesmas, dan berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dengan perkembangan teknologi medis dan kolaborasi internasional, fisioterapi Indonesia kini berpeluang untuk terus maju dan diakui di kancah global.
President of World Physiotherapy, Michel Landry, memprediksi kebutuhan fisioterapis akan mencapai 2,2 juta per tahun. Ia juga mengungkapkan, setiap tahun ada sekitar 10 juta lulusan sarjana fisioterapi. Mereka harus melanjutkan pendidikan ke spesialisasi.
“Untuk membangun fisioterapi, harus dimulai dari mengembangkan pendidikan,” kata Landry dalam keterangannya, Minggu (29/9).
Kongres Asian Western Pacific (AWP) 2024 di Denpasar, Bali, menjadi momentum penting bagi fisioterapi Indonesia. Acara ini bertujuan memperkuat kolaborasi dan meningkatkan kompetensi dalam menghadapi tantangan kesehatan global.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PP IFI, Parmono Dwi Putro, menegaskan kongres ini adalah wujud nyata peran fisioterapi Indonesia dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Ia juga menekankan fisioterapi di Indonesia adalah bagian dari profesi kesehatan dunia yang terus berkembang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kongres Asian Western Pacific (AWP) 2024 di Denpasar, Bali. Foto: Dok. Istimewa
Parmono juga menegaskan kongres ini sangat relevan untuk memperkenalkan fisioterapi Indonesia di mata dunia. “Inilah Fisioterapi Indonesia ke kancah internasional, kita adalah tenaga kesehatan yang sama, tenaga dengan seluruh tenaga kesehatan dunia, saatnya kita kolaborasi,” kata Parmono.
Ia menambahkan bahwa di Indonesia harus terus memperjuangkan kualitas dan kompetensi mereka untuk semakin maju di kancah internasional.
Menurutnya, fisioterapi Indonesia memiliki prospek yang cerah, terutama karena profesi ini telah menjadi bagian dari pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas, yang sejalan dengan program promotif dan preventif dari Kementerian Kesehatan RI.
ADVERTISEMENT
Dalam Kongres AWP 2024 dan Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi Indonesia (TITAFI) 2024, Parmono menekankan pentingnya akses langsung dan peran lebih besar fisioterapis dalam sistem kesehatan Indonesia. Acara ini dihadiri ratusan delegasi dari berbagai negara Asia, menampilkan pameran produk dan peralatan kesehatan terkait fisioterapi.
Parmono optimistis kolaborasi dengan Asian Western Pacific (AWP) akan semakin memajukan fisioterapi di Indonesia.
AWP Congress 2024 menampilkan sejumlah sesi penting, termasuk International Workshop yang menghadirkan para pakar fisioterapi dunia. Dr. Joshua Farragher (Australia) membahas manajemen nyeri punggung bawah, sementara Dr. Janel Lee (Singapura) mengupas fisioterapi pediatrik di komunitas.
Kongres Asian Western Pacific (AWP) 2024 di Denpasar, Bali. Foto: Dok. Istimewa
Prof. Marco Pang (Hong Kong) memaparkan tentang dual-task assessment bagi pasien stroke, dan Dr. Shirley Ngal (Hong Kong) menjelaskan prinsip dan aplikasi tes latihan kardiopulmoner. Prof. Alice dan Abraham Jones (Australia) membahas standar penilaian praktik klinis fisioterapi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kongres diisi Focused Symposium yang mengangkat topik penting seperti pelatihan dual-task oleh Mohammad Jobair Khan (Hong Kong), inovasi rehabilitasi digital oleh Dr. Eva Artholahti dan Dr. Minna Eriksen (Finlandia), serta peran fisioterapis dalam kesehatan kerja oleh Dr. Nathan Hutting (Belanda).
Dengan tema "Collaboration and Transformation Toward a Sustainable Physiotherapy Practice", kongres ini menjadi ajang penting bagi pendidik, peneliti, dan klinisi untuk bertukar informasi dan memperkuat hubungan profesional antarnegara di kawasan Asia Pasifik. Parmono berharap kolaborasi ini akan meningkatkan kompetensi fisioterapis Indonesia di tingkat global.
Kongres ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi fisioterapis di Indonesia, baik dari segi kompetensi maupun implementasi teknologi baru. Dengan pengakuan internasional yang semakin meningkat, fisioterapi Indonesia siap berkontribusi lebih besar dalam dunia kesehatan melalui praktik yang berkelanjutan dan inovatif.
ADVERTISEMENT