Fosil Nenek Moyang Manusia Misterius Ditemukan, Tanpa Dagu dan Gigi Besar

25 Juni 2021 17:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tengkorak statis, mandibula, ortografi parietal Nesher Ramla Homo. Foto: Tel Aviv University
zoom-in-whitePerbesar
Tengkorak statis, mandibula, ortografi parietal Nesher Ramla Homo. Foto: Tel Aviv University
ADVERTISEMENT
Sekelompok peneliti Israel baru saja mengumumkan fosil nenek moyang manusia yang diperkirakan hidup pada 120 hingga 140 ribu tahun yang lalu. Menariknya, fosil ini cukup aneh hingga ia “tidak pernah diketahui dalam sains”, kata peneliti.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan menjelaskan, fosil nenek moyang manusia ini berbagi kemiripan antara Neanderthal (terutama gigi dan rahang) dan Homo purba (khususnya tengkorak). Pada saat yang sama, fosil manusia purba ini sangat berbeda dengan manusia modern, terutama pada bagian struktur tengkorak yang sama sekali berbeda, tanpa dagu, dan gigi yang sangat besar.
Penemuan fosil manusia purba ini pun telah dipublikasi dalam dua artikel di jurnal Science pada 24 Juni 2021. Karena tidak mirip dengan kategori manusia purba mana pun, para peneliti menyebut fosil nenek moyang manusia yang mereka temukan sebagai Nesher Ramla Homo. Nama tersebut berasal dari lokasi tempat fosil tersebut ditemukan, yakni di situs Nesher Ramla di dekat kota Ramla, Israel.
ADVERTISEMENT
Fosil misterius dari Nasher Ramla sendiri sejatinya ditemukan pada 2010. Pada saat itu, para peneliti perlu menggali sedalam 8 meter untuk menemukan fosil ini. Mereka juga menemukan alat-alat batu dan tulang manusia, serta sejumlah besar tulang hewan, termasuk sisa-sisa kuda, rusa dan lembu ternak yang telah punah yang dikenal sebagai aurochs. Butuh sebelas tahun agar peneliti paham fosil macam apa yang mereka temukan.
“Ini adalah penemuan yang luar biasa. Kami tidak pernah membayangkan bahwa bersama Homo sapiens, Homo purba menjelajahi daerah itu begitu terlambat dalam sejarah manusia,” kata Yossi Zaidner, kepala penelitian arkeologi studi tersebut sekaligus peneliti dari Institute of Archaeology di Hebrew University of Jerusalem, dalam keterangan resminya.
“Temuan arkeologis yang terkait dengan fosil manusia menunjukkan bahwa "Nesher Ramla Homo" memiliki teknologi produksi alat-alat batu yang canggih dan kemungkinan besar berinteraksi dengan Homo sapiens lokal,” sambungnya.
Mandibula Nesher Ramla Homo (kiri) dan tulang parietal (kanan). Foto: Avi Levin and Ilan Theiler, Sackler Faculty of Medicine, Tel Aviv University
Meski belum mengelompokkan Nasher Ramla Homo ke spesies manusia purba tertentu, peneliti menyebut bahwa fosil ini mirip dengan fosil manusia purba aneh lainnya yang ditemukan di Israel, termasuk tulang berusia 160.000 tahun dari Gua Tabun, sisa-sisa berusia 250.000 tahun dari Gua Zuttiyeh, dan spesimen berusia 400.000 tahun dari Gua Qesem. Tulang-tulang ini telah membingungkan para peneliti selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
“(Kami) menyadari bahwa mereka semua berasal dari kelompok yang sama," kata Israel Hershkovitz, kepala penelitian antropologi dari Tel Aviv University, kepada Live Science. "Mereka adalah populasi yang sangat besar di wilayah itu dari setidaknya sekitar 400.000 tahun yang lalu hingga sekitar 100.000 tahun yang lalu."
Temuan fosil baru ini menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok manusia yang berbeda hidup berdampingan di Timur Tengah selama lebih dari 100.000 tahun antara sekitar 100.000 dan 200.000 tahun yang lalu.
Kelompok pertama adalah orang-orang Nesher Ramla, yang hidup di wilayah tersebut mulai sekitar 400.000 tahun yang lalu. Sedangkan kelompok kedua adalah manusia modern yang tiba di wilayah yang sama sekitar 200.000 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Peneliti bilang, dua kelompok manusia ini kemungkinan tidak hanya berbagi pengetahuan dan alat-alat saja, tetapi juga kawin silang. Mereka yakin bahwa fosil yang sebelumnya digali di gua Skhul dan Qafzeh di Israel utara yang berusia antara 80.000 dan 120.000 tahun yang lalu dapat mewakili perkawinan silang ini.
Sayangnya, para peneliti tidak dapat menganalisis lebih jauh karena DNA di fosil Nesher Ramla telah rusak. Penyebabnya, DNA cepat rusak di wilayah panas.
"Masalahnya di Israel adalah kita hidup di negara yang panas," kata Hershkovitz. “Jadi kami tidak pernah berhasil mengekstrak DNA dari tulang yang berusia lebih dari 15.000 tahun. Kami mencobanya, tetapi kami tahu sejak awal bahwa peluang kami pada dasarnya nihil."
Tampilan transparan dari tubuh mandibula dan akar gigi di mandibula Nesher Ramla. Foto: Ariel Pokhojaev, Sackler Faculty of Medicine, Tel Aviv University
Tak hanya hubungannya dengan spesies manusia purba lain, Nesher Ramla Homo juga masih menyimpan misteri soal kepunahannya.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak tahu mengapa, tetapi sebagian besar kelompok Pleistosen Tengah menemui ajalnya ketika populasi besar manusia modern keluar dari Afrika sekitar 70.000 hingga 80.000 tahun yang lalu dan akhirnya menguasai seluruh dunia," kata Hershkovitz. "Apakah itu karena pendatang baru atau tidak, saya tidak tahu."
Meskipun penemuan Nesher Ramla Homo menyimpan segudang misteri yang belum terkuak, mereka dapat membantu memecahkan misteri dalam evolusi manusia, khususnya mengenai bagaimana DNA manusia modern memasuki kumpulan gen Neanderthal jauh sebelum kelompok-kelompok itu bertemu?
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia modern, atau Homo sapiens, dan Neanderthal di Eropa melakukan perkawinan silang lebih dari 200.000 tahun yang lalu, jauh sebelum bukti arkeologis menunjukkan manusia modern pertama kali memasuki Eropa sekitar 45.000 tahun yang lalu. Nah, sekarang Hershkovitz dan rekan-rekannya menggagas hipotesis di mana hibrida manusia modern dan kelompok Nesher Ramla mungkin telah memperkenalkan DNA manusia modern ke Neanderthal Eropa.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, para peneliti yakin bahwa Nesher Ramla Homo adalah nenek moyang Neanderthal.
"Sebagian besar peneliti percaya bahwa Neanderthal mulai, berkembang, dan akhirnya selesai di Eropa. Di sini, kami mengatakan bahwa mungkin Neanderthal bukan orang Eropa - bahwa mungkin ada komponen kuat dari Timur Dekat dalam populasi Neanderthal di Eropa," kata Hershkovitz. "Nesher Ramla mungkin merupakan populasi inti dari mana Eropa dijajah kembali oleh Neanderthal antara periode glasial."
Hershkovitz menambahkan, karena Israel berada di persimpangan Afrika, Eropa dan Asia, kelompok Nesher Ramla Homo mungkin juga bermigrasi ke arah timur. Jika hipotesis ini benar, keberadaan Nesher Ramla Homo membantu menjelaskan mengapa fosil kuno yang ditemukan di Asia punya fitur yang mirip Neanderthal.
ADVERTISEMENT
Hershkovitz mengakui, ide-ide hipotesis ini cukup provokatif. "Saya bisa mendengar ahli paleoantropologi mengasah pisau mereka sekarang," candanya.