Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Gigi Ikan Ini Setajam Silet, Makhluk Prasejarah Paling Lambat Berevolusi
16 Maret 2024 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tujuh spesies gar hidup menghuni danau dan sungai di Amerika Utara dan Selatan, sementara satu spesies terkadang bisa ditemukan di laut. Dalam sebuah studi baru yang terbit di jurnal Evolution pada 4 Maret 2024, ilmuwan mencoba meneliti gar dan spesies lain yang disebut fosil hidup–organisme yang wujudnya tetap sama dalam jangka waktu yang sangat lama.
Istilah fosil hidup sebenarnya masih kontroversial di kalangan ilmuwan, sebab masih banyak spesies serupa yang menyerupai fosil hidup, tapi sebenarnya mereka telah mengalami perubahan evolusioner.
Menurut Chase Brownstein, mahasiswa pascasarjana di Yale University, AS, untuk bisa disebut fosil hidup, hewan atau organisme harus memiliki nenek moyang yang sama dengan garis keturunan yang telah punah, memiliki sedikit perubahan bentuk fisik dari kerabat terdekatnya, dan terdiversifikasi menjadi spesies terkait dalam jumlah relatif kecil.
Dalam studi baru, para peneliti menggunakan analisis komputer untuk mempelajari urutan gen yang dipertahankan dari nenek moyang yang sama yang mengungkapkan tingkat substitusi atau mutasi gen dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
“Setelah mutasi memperbaiki dan mengubah urutan DNA tertentu, mutasi tersebut menjadi substitusi,” kata Brownstein.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa beberapa hewan yang dianggap sebagai fosil hidup, seperti tuatara (Sphenodon punctatus), coelacanth (Latimeria chalumnae), dan hoatzin (Opisthocomus hoazin) berbeda secara signifikan dari kerabat dekat mereka, meski masih mempertahankan banyak karakteristik dari fosil hidup. Namun, gar dan ikan sturgeon, tampaknya berevolusi lebih lambat.
Dari 471 spesies yang disurvei, ikan gar dan sturgeon memiliki tingkat substitusi paling lambat. Gar tampaknya berevolusi dengan kecepatan hingga tiga kali lipat lebih lambat dibandingkan vertebrata lainnya.
Evolusi menghasilkan perubahan fisik. Rendahnya tingkat substitusi pada kelompok ikan ini berhubungan dengan rendahnya tingkat spesiasi, artinya garis keturunan belum terdiversifikasi menjadi banyak spesies baru yang berbeda secara fisik seperti kelompok ikan lainnya. Sebaliknya, beberapa spesies yang muncul tetap sama dalam jangka waktu lama.
Mereka berevolusi sangat lambat sehingga dua spesies yang dipisahkan oleh evolusi 100 juta tahun ini masih dapat kawin silang. Alligator gar (Atractosteus spatula) dan gar hidung panjang (Lepisosteus osseus) diketahui berhibridisasi (kawin silang) di sungai Texas dan Oklahoma. Spesies gar lain juga telah menghasilkan hibrida.
ADVERTISEMENT
Yang lebih aneh lagi, hibrida ini seringkali dapat berkembang biak dengan sangat baik. Padahal, hewan hibrida yang dibuat secara sengaja atau buatan oleh manusia justru terkadang mandul.
Yang menarik, ikan gar berhidung panjang dan gar aligator tampaknya tidak mengalami hibridisasi secara masif sepanjang sejarah evolusi mereka, meski telah berbagi lingkungan yang sama selama sekitar 55 juta tahun. Hibrida mungkin terjadi sekarang karena kedua spesies ini terpaksa berbagi tempat bertelur di dataran banjir sungai tertentu.
Brownstein mengatakan, penelitian ini telah melahirkan pertanyaan baru tentang bagaimana sebenarnya genom bar dan fosil hidup lainnya tetap stabil.