Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Gorila di Kongo Ternyata Doyan Makan Jamur Truffle Kayak Manusia
21 April 2025 14:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Gorila di Kongo ternyata memiliki selera makan yang tinggi. Mereka terpantau menggali tanah seolah mencari serangga dan larva, tapi ternyata studi baru mengungkap gorila tersebut sebenarnya mencari sumber makanan yang lebih spesifik: Truffle.
ADVERTISEMENT
Temuan ini didasarkan pada pengamatan gorila dataran rendah barat di dua lokasi di Taman Nasional Nouabalé-Ndoki Republik Kongo: Segitiga Goualougo dan Segitiga Djéké. Penelitian sudah terbit di jurnal Primates.
Tim peneliti melakukan pengamatan terhadap empat kelompok gorila. Mereka menyaksikan gorila menggali tanah di hutan untuk mengambil spesies truffle rusa, yang diidentifikasi sebagai Elaphomyces labyrinthinus. Ini adalah tubuh buah dari jamur ascomycete dan merupakan sumber nutrisi yang sangat baik.
Penemuan ini menambah gorila ke dalam kelompok hewan yang diketahui mencari truffle. Sementara itu, truffle yang biasa dimakan manusia dicari dengan bantuan babi atau anjing. Beberapa hewan liar, seperti burung dan mamalia kecil macam tikus tanah, juga diketahui mencarinya. Spesies kera besar lain macam bonobo juga terlihat mengunyah truffle yang diburu di hutan Republik Demokratik Kongo.
ADVERTISEMENT
Pengamatan terbaru pada gorila yang kini masuk dalam kelompok hewan pemburu truffle menunjukkan ada unsur sosial atau budaya dalam perburuan tersebut. Para peneliti mencatat, hanya beberapa kelompok gorila yang ikut serta dalam perburuan truffle, menunjukkan perilaku ini mungkin diwariskan dalam komunitas. Menariknya, beberapa gorila menghentikan perilaku mencari truffle saat mereka bermigrasi dari satu kelompok ke kelompok lain.
“Ini adalah temuan yang menarik untuk pemahaman kita tentang perilaku gorila mencari makan, dan kami menemukan indikasi implikasi sosial dari menggaruk tanah dalam kelompok,” kata David Morgan, konservasionis di Kebun Binatang Lincoln Park yang terlibat dalam penelitian, mengutip IFL Science.
“Misalnya, seekor gorila betina dewasa bermigrasi dari satu kelompok gorila tempat perilaku ini jarang terjadi ke kelompok tempat perilaku ini terjadi hampir setiap hari, dan mengubah kebiasaannya.”
ADVERTISEMENT
Penulis utama studi, Gaston Abea, menjadi orang pertama di Ndoki yang sukses menulis makalah ilmiah. Ia berasal dari Bomassa, desa terdekat dengan taman tersebut, dan termasuk dalam suku Bangombe yang menganut budaya semi-nomaden.
Sejak 2005, Abea menjadi salah satu dari sekitar 100 Asisten Riset Kongo yang dilatih di Ndoki, banyak di antaranya berasal dari desa-desa terdekat dan komunitas Adat Ba’Aka. Abea mengatakan temuannya dapat tercapai berkat pengetahuan tradisional dan keterampilan melacak yang dimiliki dalam budayanya, yang keterampilan ini digunakan untuk mendokumentasikan perilaku gorila secara terperinci.
“Pengetahuan tradisional masyarakat saya tentang hutan ini terancam oleh gaya hidup modern, tetapi terbukti sangat berharga dalam melanjutkan studi dan pelestarian ekosistem ini,” kata Abea.
ADVERTISEMENT
“Nenek moyang kami dulunya memburu gorila, sekarang kami melindungi mereka, dan saya berharap dapat menginspirasi orang Ba'Aka lainnya untuk melakukan hal yang sama.”