Gugus Tugas Corona Ungkap Alasan Herd Immunity Sulit Diterapkan di Indonesia

2 Juni 2020 18:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
coverstory salah kaprah herd immunity Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
coverstory salah kaprah herd immunity Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Wacana new normal yang akan diberlakukan di sejumlah wilayah Indonesia dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) turut memunculkan isu tentang penerapan herd immunity di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Namun yang perlu digarisbawahi, herd immunity tidak serta merta bisa terbentuk. Ia baru bisa terjadi apabila dalam suatu kelompok, orang-orang yang terpapar virus corona baik sakit maupun tidak, bisa memunculkan kekebalan terhadap virus corona SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengungkap Indonesia tidak menerapkan herd immunity. Ia menjelaskan alasan kenapa Indonesia sulit untuk menerapkan strategi kekebalan komunitas tersebut.
"Indonesia kelompoknya besar, 270 juta. Kelompoknya dibagi-bagi dalam pulau, dalam provinsi yang terpisah laut. Ada yang terpisah daratan. Kalau kita berbicara herd imunity, seandainya sampai terjadi, mari kita berpikir logika, bagaimana caranya antarpulau saling bisa menulari kalau tidak mobilitas antar pulaunya tinggi dan interaksinya tinggi," tutur Wiku, dalam diskusi virtual, Selasa (2/6).
Prof Wiku Adisasmito. Foto: Dok. BNPB
Artinya, menurut dia harus ada interaksi yang begitu tinggi untuk membentuk herd immunity. Dari situ, Wiku kembali menekankan bahwa virus corona menular melalui droplet orang yang terpapar COVID-19 kepada orang yang sehat.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut protokol kesehatan yang berlaku saat ini, seseorang disarankan untuk selalu menggunakan masker demi mencegah penularan virus corona.
Wiku ingin meluruskan bahwa anggapan pemberlakuan new normal yang akan mengizinkan masyarakat kembali beraktivitas dengan adalanya pelonggaran PSBB, tak berarti bahwa pemerintah Indonesia akan menerapkan herd immunity.
"Kita pakai masker, sudah tercegah itu satu. Yang kedua kita jaga jarak. Ketiga kita cuci tangan sebelum menyentuh mata, hidung dan mulut, tercegah lagi," imbuhnya.
Staf medis Indonesia ikut serta dalam tes massal untuk virus corona COVID-19 di stadion Patriot di Bekasi. Foto: AFP/REZAS
Wiku lantas menyebut dengan kondisi seperti itu maka akan sulit membayangkan herd immunity mampu tercipta dalam waktu yang singkat. Kendati ingin dipaksakan pun berarti harus dengan mengizinkan masyarakat melakukan interaksi dalam intensitas yang sangat tinggi serta tanpa alat proteksi diri untuk memudahkan penularan penyakit.
ADVERTISEMENT
Wiku mengimbuhkan, herd imunity bisa saja dipercepat dengan cara imunisasi apabila vaksin COVID-19 sudah ditemukan.
Melihat kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau, Wiku menyebutnya sebagai hal yang justru lebih menguntungkan untuk mencegah terjadinya penularan virus corona secara nasional, bukan mengandalkan terbentuknya herd immunity.
"Kalau sampai 70 persen masyarakat memiliki imunitas secara kelompok maka virus tak bisa kemana-mana. Coba dibalik, selama virus enggak bisa masuk ke mukosa, secara enggak langsung, imunitas atau proteksi masyarakatnya juga akan terbentuk," papar Wiku.

Kontroversi herd immuinty di Indonesia

Sebelumnya, wacana strategi herd immunity di Indonesia memang sudah ditentang berbagai pihak. Ahli berpendapat strategi herd immunity sangat berisiko jika diterapkan di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, menurut Pandu, herd immunity bisa dicapai bila setidaknya separuh populasi penduduk Indonesia atau sekitar 130 juta warga telah terinfeksi COVID-19. Ia menilai Indonesia tidak mungkin mencapai herd immunity karena mempunyai populasi penduduk yang besar.
Meski demikian strategi herd immunity tetap sangat berisiko mengorbankan nyawa sebagian besar populasi penduduk berusia tua atau penduduk dengan penyakit penyerta atau komorbid seperti: jantung, hipertensi, dan diabetes.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.