Gurun Sahara Dulunya Subur dan Hijau, Pernah Jadi Rumah Manusia Purba

15 April 2025 10:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan dari tempat perlindungan batu Takarkori di Libya barat daya, tempat dua individu wanita Neolitikum Pastoral berusia sekitar 7.000 tahun dikuburkan, terlihat dalam foto selebaran yang dirilis pada tanggal 2 April 2025. Foto: Universitas Sapienza Roma/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan dari tempat perlindungan batu Takarkori di Libya barat daya, tempat dua individu wanita Neolitikum Pastoral berusia sekitar 7.000 tahun dikuburkan, terlihat dalam foto selebaran yang dirilis pada tanggal 2 April 2025. Foto: Universitas Sapienza Roma/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum menjadi gurun pasir terluas di dunia, Gurun Sahara pernah dipenuhi padang rumput dan pepohonan hijau. Wilayah gersang itu dulunya punya danau dan hewan liar sekitar 14.500 hingga 5.000 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kelompok manusia misterius ternyata juga pernah hidup terisolasi di jantung 'Sahara Hijau'. Hal ini terungkap dari hasil penelitian DNA dari dua jenazah perempuan yang hidup sekitar 7.000 tahun lalu, yang dimakamkan di tempat yang kini disebut Libya.
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Johannes Krause dari Max Planck Institute berhasil menganalisis genom dari dua individu yang ditemukan di Takarkori, sebuah gua batu di barat daya Libya. Jenazah yang secara alami mengalami proses mumifikasi ini diyakini sebagai sisa mumi manusia tertua yang pernah ditemukan.
"Pada saat itu, Takarkori adalah sabana subur dengan danau di sekitarnya, tidak seperti lanskap gurun kering saat ini," ujar Krause, salah satu penulis studi yang terbit di jurnal Nature.
ADVERTISEMENT
Mumi alamiah berusia 7.000 tahun dari seorang perempuan yang ditemukan di tempat perlindungan batu Takarkori di Libya barat daya terlihat dalam foto selebaran yang dirilis pada tanggal 2 April 2025. Foto: Universitas Sapienza Roma/via REUTERS
Temuan ini menunjukkan kedua individu tersebut berasal dari garis keturunan manusia unik dan belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Mereka hidup terpisah dari populasi sub-Sahara dan Eurasia selama ribuan tahun, meskipun telah mengembangkan budaya beternak —sebuah inovasi yang berasal dari luar Afrika.
Artefak di situs tersebut, seperti alat batu, gerabah, anyaman, hingga patung kecil, menunjukkan mereka adalah para penggembala yang maju. Namun secara genetis, mereka tetap terisolasi hingga akhirnya peradaban mereka punah sekitar 5.000 tahun lalu, saat Sahara kembali menjadi gurun.
Yang mengejutkan, DNA manusia purba itu nyaris tidak mengandung pengaruh Neanderthal seperti yang umum ditemukan pada populasi luar Afrika. Ini menandakan minimnya mereka kontak dengan dunia luar.
“Takarkori mewakili jejak keberagaman genetik manusia yang pernah berkembang di Afrika Utara puluhan ribu tahun lalu, dan sebagian dari warisan genetik mereka masih bertahan pada populasi di Afrika Utara hari ini,” tambah Krause, mengutip Reuters.
ADVERTISEMENT
Penemuan ini membuka jendela baru untuk memahami sejarah panjang kawasan Sahara, sekaligus membuktikan bahwa di balik gurun yang kering dan sepi, pernah berdiri sebuah peradaban manusia purba yang menakjubkan.