Hari Kanker Paru Sedunia: Kenali Gejala Penyakitnya

1 Agustus 2019 8:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
ADVERTISEMENT
Hari ini, 1 Agustus 2019, adalah Hari Kanker Paru Sedunia. Apa yang spesial dari kanker paru dibanding jenis kanker lainnya?
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Globocan, kanker paru menempati urutan jenis kanker teratas yang diidap laki-laki. Sedangkan di kalangan perempuan Indonesia, penyakit ini ada di urutan kelima setelah kanker payudara, serviks, kolorektal, dan ovarium.
Angka kematian akibat kanker paru di Indonesia tak kunjung menurun. Sejak 15 tahun lalu, jenis penyakit ini menjadi pembunuh nomor wahid di antara keseluruhan jenis kanker yang diderita laki-laki maupun perempuan Indonesia.
Pada tahun 2010, sebanyak 500 kasus kanker paru ditangani Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan di Jakarta Timur sebagai pusat pelayanan kesehatan respirasi nasional. Angka tersebut bertambah signifikan menjadi 2400 kasus baru pada 2018.
Tembakau pada rokok menjadi faktor utama penyebab kanker paru. Perokok aktif memiliki risiko 13 kali lipat lebih tinggi untuk terkena kanker paru dibanding bukan perokok. Sedangkan pada perokok pasif memiliki risiko 4 kali lipat lebih tinggi untuk terkena kanker paru dibanding non-perokok.
ADVERTISEMENT
Asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan Foto: Unsplash
Lantas bagaimana dengan gejalanya? Sita Laksmi Andarini, dokter spesialis paru yang juga merupakan pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjabarkan secara khusus gejala-gejala penyakit mematikan ini di acara Konferensi Pers dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia yang diadakan PDPI di Jakarta Timur, Rabu (31/7).
Menurutnya, seseorang yang mengidap jenis penyakit ini biasanya akan mengalami batuk kronik, batuk darah, suara serak serta menurunnya berat badan secara drastis. “Kemudian napas berbunyi, nyeri dada, dan pembengkakan pada ujung-ujung jari,” tambahnya.
Menurut Sita, kanker paru bisa didiagnosis setelah pasien melakukan foto rontgen. Selain itu, tim medis juga bisa mendeteksi penyakit ini melalui prosedur CT scan, bronkoskopi, dan biopsi.
ADVERTISEMENT
Sita menegaskan, deteksi dini penyakit kanker paru penting dilakukan agar penderita dapat segera diobati dan tidak telanjur parah. Kepada para perokok berat, Sita menyarankan mereka untuk melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan paru setidaknya setiap setahun sekali. “Paling singkatnya foto toraks atau CT scan toraks,” imbaunya.
dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P (K), Ph.D, dokter spesialis paru di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dan pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Foto: Farida Yulistiana/kumparan
Selain itu, menurutnya, orang-orang yang memiliki gejala gangguan respirasi yang tidak berkurang dalam waktu dua minggu, contohnya batuk, nyeri dada, dan batuk darah, juga perlu untuk waspada.
“Jika dalam dua minggu tidak kunjung sembuh, segera berobat. Kedua, segera memintakan pemeriksaan lebih lanjut, contohnya foto toraks dan juga CT scan,” tegasnya.