Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Hasil Autopsi Ungkap George Floyd Meninggal Karena Asfiksia Traumatis, Apa Itu?
3 Juni 2020 18:54 WIB

ADVERTISEMENT
George Floyd, pria berkulit hitam keturunan Afrika-Amerika, tewas di tangan polisi Minneapolis, AS, karena diduga berbelanja menggunakan uang palsu. Floyd tewas setelah lehernya dihimpit lutut polisi selama hampir 9 menit. Kematiannya kemudian memicu demo besar-besaran di berbagai wilayah di AS dengan tajuk Black Lives Matter.
ADVERTISEMENT
Hasil autopsi pihak otoritas setempat mengatakan bahwa kematian Floyd tidak terkait dengan asfiksia traumatis atau pencekikan, melainkan karena kondisi kesehatan Floyd yang mendasarinya, termasuk konsumsi minuman keras, penyakit arteri koroner, penyakit jantung, dan hipertensi.
Tak puas dengan hasil autopsi tersebut, pihak keluarga kemudian memutuskan untuk melakukan autopsi independen dengan melibatkan sejumlah ahli untuk memeriksa post-morfem. Benar saja, hasilnya menunjukkan bahwa Floyd meninggal akibat tekanan pada leher dan punggung.
Temuan itu berbeda dengan pemeriksaan sebelumnya yang dilakukan oleh unit kesehatan setempat.
“Penyebab kematian Floyd adalah asfiksia akibat adanya tekanan pada leher yang dapat menghambat laju oksigen ke otak,” ujar Dr Michael Baden, dokter yang melakukan autopsi pada tubuh Floyd.
ADVERTISEMENT
Asfiksia secara umum didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang kekurangan oksigen baik secara hipoksia maupun anoksia. Sedangkan asfiksia traumatis atau sindrom petre adalah terhalangnya udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru akibat terhentinya gerak napas yang disebabkan adanya suatu tekanan dari luar pada saluran pernapasan seseorang.
Dalam makalah ilmiah yang ditulis oleh Rr Hillary Kusharsamita, lulusan Program Studi Kedokteran di Universitas Diponegoro, asfiksia traumatis dapat terjadi ketika suatu benda dengan massa yang berat menahan pergerakan dada atau perut sehingga menyebabkan korban tidak bisa bernapas. Itu terjadi karena aliran darah dari sisi kanan jantung ke pembuluh darah leher dan otak terhambat.
Ketika seseorang mengalami asfiksia traumatis, ada sejumlah tanda yang bisa ditimbulkan, meliputi pembengkakan wajah dan leher, perubahan warna kebiruan pada kepala dan leher, pendarahan subkonjungtiva pada mata, dan pendarahan kecil seperti bintik pada kulit wajah, leher, dan dada atas.
ADVERTISEMENT
Pengobatan asfiksia traumatis bersifat suportif, artinya pasien akan diberikan alat bantu berupa ventilator dan diberikan obat sesuai dengan gejala yang dialami. Asfiksia traumatis biasanya terjadi pada orang-orang yang bekerja di industri alat berat, sebagian besar diakibatkan karena faktor kecelakaan.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.