Hati-hati, Ini Dampak Buruk Nyalakan TV tapi Tidak Ditonton pada Anak

4 Juni 2020 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iliustrasi anak menonton televisi di rumah, Foto: Faisal Rahman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Iliustrasi anak menonton televisi di rumah, Foto: Faisal Rahman/kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu menyalakan televisi tapi tidak menontonnya. Kemudian kita berkomunikasi dengan orang lain, entah itu orang tua, anak, ataupun teman dengan kondisi layar televisi masih menyala. Sepele, tapi percaya atau tidak, kebiasaan tersebut bisa berpengaruh buruk pada anak.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menjelaskan, Matthew Lapierre, asisten profesor studi komunikasi di University of North Carolina Wilmington, dan rekan-rekannya melakukan sebuah penelitian untuk meneliti seberapa besar dampak background TV (TV menyala tapi tidak ditonton) pada anak-anak.
Mereka merekrut 1.454 keluarga dari berbagai golongan etnis, pendapatan, dan pendidikan. Setiap keluarga setidaknya memiliki anak antara 8 bulan hingga 8 tahun. Orang tua diminta untuk menjawab sejumlah kuesioner ihwal kegiatan anak-anaknya dalam periode 24 jam. Mereka juga ditanya tentang apakah ada televisi yang dinyalakan selama kegiatan berlangsung.
Hasilnya, rata-rata anak terpapar background TV selama 232,3 menit per hari, dengan rincian bayi atau balita di bawah usia 2 tahun terpapar TV menyala tapi tak ditonton selama 5,5 jam perhari, sedangkan anak lebih tua berusia 6 hingga 8 tahun terpapar background TV selama 2,75 jam per hari.
Sejumlah warga menyaksikan band tentara Angkatan Darat Amerika Serikat memainkan alat musik di layar televisi. Foto: AP Photo/Carolyn Kaster
Orang tua ternyata memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan seberapa banyak anak-anak terpapar background tv. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan anak terpapar televisi secara tidak langsung adalah kondisi keluarga yang berpisah atau orang tua tunggal, kemiskinan, dan pendidikan orang tua.
ADVERTISEMENT
Lebih memprihatinkan lagi ketika anak di bawah usia 6 tahun juga menonton tv secara langsung sekitar 80 menit sehari. Temuan ini menunjukkan bahwa paparan TV secara tidak langsung memiliki waktu lebih lama daripada menonton secara langsung, dan efeknya bisa mengganggu perilaku dan perkembangan anak-anak.
Penelitian telah mengaitkan efek samping menonton TV dengan obesitas pada anak-anak, sementara program televisi yang mengandung kekerasan dan tontonan tidak pantas atau seronok telah dikaitkan dengan masalah perilaku dan kognitif pada anak-anak. "Kami semua dikejutkan oleh skala paparan di rumah-rumah ini," kata Lapierre, yang melakukan penelitian saat berada di Pennsylvania University.
Dalam penelitian lain yang dilakukan University of Massachusetts, para ilmuwan mengamati orang tua dan balita dalam kesehariannya. Mereka membagi dua kelompok berbeda. Kelompok pertama adalah keluarga yang berkomunikasi dengan televisi menyala di belakangnya, sedangkan kelompok kedua adalah keluarga yang berinteraksi tanpa televisi menyala di baliknya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi keluarga menonton. Foto: Shutter Stock
Hasilnya, kelompok pertama terlihat lebih jarang berinteraksi ketimbang kelompok kedua kendati mereka sebenarnya tidak memperhatikan TV yang menyala di belakangnya. Selain itu, waktu bermain anak di kelompok pertama terlihat lebih sebentar ketimbang anak di kelompok kedua.
Orang tua mungkin tidak menyadari bahwa anak kecil secara tidak langsung memproses konten televisi yang tengah menyala pada saat itu. Ironisnya, sebagian besar dari paparan konten televisi bukanlah program-program ramah anak atau edukasi, melainkan program yang disajikan untuk orang dewasa.
“Hal yang paling kami khawatirkan adalah bahwa jika seorang anak menyalakan televisi sebagai latar belakang mereka bermain atau berinteraksi, maka ia akan mendengar hal-hal yang bisa menarik perhatiannya seperti suara keras, efek suara, dan bunyi bip, bahkan ketika mereka tidak menontonnya secara langsung , mereka tidak dapat terlibat dalam perilaku bermain atau interaksi secara penuh dan memiliki pengalaman yang lebih bermakna,” kata Lapierre.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi hal ini, Lapierre menyarankan agar para orang tua meniadakan TV di kamar tidur anak-anak mereka. Pastikan pula untuk mematikan TV jika tidak menontonnya, terutama ketika melakukan interaksi antara anak dan orang tua. Karena TV menyala sebagai latar belakang bisa memecahkan perhatian atau fokus anak ketika mereka bermain atau berinteraksi.
Bahkan American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar anak-anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh menonton televisi sama sekali. Ini bertujuan untuk melindungi perkembangan kognitif dan perilaku mereka.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)