Hati-hati! Kretek Leher Bisa Sebabkan Kondisi Berbahaya, Ini Kata Dokter

17 Maret 2022 8:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi leher. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi leher. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Viral di media sosial TikTok, seorang dokter mengungkap bahaya kretek leher, yang kerap dilakukan orang-orang saat kepala terasa kaku. Aktivitas ini biasanya dilakukan ketika bekerja menatap layar laptop terlalu lama.
ADVERTISEMENT
Dalam video yang telah ditonton lebih dari 875.000 kali, dr. Brian Boxer Wachler, menjelaskan bahwa, kretek leher bisa menyebabkan peregangan ligamen yang mengakibatkan sakit kepala atau nyeri otot di antara tulang belikat atau leher.
Boxer Wachler bilang, kretek leher bisa menyebabkan risiko komplikasi lebih parah, salah satunya adalah stroke, meski kemungkinannya kecil.
Sementara dijelaskan lebih rinci oleh Adam Taylor, profesor anatomi di Lancaster University, Inggris, ada sejumlah risiko berbahaya ketika seseorang melakukan kretek leher, beberapa di antaranya adalah menyebabkan cedera pada struktur muskuloskeletal seperti tulang, tulang rawan, tendon atau ligamen.
“Leher itu rapuh dan terbuka, banyak struktur berhimpit ke dalam ruang yang sangat kecil. Rata-rata manusia memiliki gerakan leher terbatas yang dilakukan setiap hari, jadi kretek leher bisa membuat gerakan atau otot melebihi batas normal sehingga meregangkan ligamen dan tendon,” kata Taylor.
ADVERTISEMENT
Taylor juga memperingatkan, meregangkan leher dapat menyebabkan risiko yang lebih serius yang disebut leher popping alih-alih hanya kerusakan otot atau tendon.
"Risiko yang lebih besar adalah potensi kerusakan arteri dan vena utama di leher, terutama dua arteri–arteri vertebral– yang terletak tepat di sebelah vertebra di leher,” tambahnya.
Dia menambahkan, saat leher diputar ada potensi arteri ini robek, sesuatu yang akan menyebabkan kehilangan darah signifikan.
"Jika ini adalah robekan yang signifikan, terutama pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun, ini mengarah pada peningkatan risiko stroke,” katanya.
.