Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communication, pada 100 tahun mendatang, rata-rata massa tubuh mamalia akan menurun sebanyak 25 persen. Mengapa demikian? Hal ini terjadi akibat spesies yang berukuran lebih besar akan mengalami kepunahan.
ADVERTISEMENT
Hal itu tentu sangat mengejutkan. Namun, jika mengingat kebiasaan manusia yang sering melakukan pemburuan dan melakukan kerusakan lingkungan hingga menyebabkan perubahan iklim. Hal ini tentu mungkin saja terjadi.
Menurut Rob Cooke, seorang peneliti di University of Southampton, Inggris, ancaman terbesar terhadap habitat burung dan mamalia adalah ulah manusia.
"Dengan habitat yang dihancurkan berdampak terhadap planet ini, seperti penggundulan hutan, perburuan, pertanian intensif, urbanisasi, dan dampak pemanasan global," kata Cooke, dilansir IFL Science.
Hasil penelitian ini berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sekelompok ilmuwan terhadap 15.484 burung dan mamalia darat. Dalam melakukan penelitian ini, para ilmuwan menganalisis massa tubuh, ukuran serasah, makanan, habitat, dan lamanya waktu antar generasi.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini menggunakan data spesies yang diperkirakan akan punah dalam 100 tahun yang akan datang, menurut daftar merah spesies yang terancam atau disebut International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Daftar hewan yang terancam punah, yakni orang utan sumatera, data tersebut menunjukkan bahwa orang utan sumatera memiliki tingkat 1 persen untuk melanjutkan kelangsungan hidup. Penelitian ini didukung dengan teknologi komputer yang digunakan untuk meramalkan keanekaragaman hayati yang mampu melihat kondisi di abad mendatang.
"Kami telah menunjukkan bahwa proyeksi hilangnya mamalia dan burung tidak akan acak secara ekologis," jelas Felix Eigenbrod, seorang profesor di University of Southampton.
Hasilnya menunjukkan, bahwa hewan kecil seperti tikus, memiliki peluang bertahan yang lebih baik, sedangkan spesies yang lebih besar lebih berisiko mengalami kepunahan. Faktor-faktor yang membuat spesies kecil lebih mudah bertahan, yaitu ukurannya yang lebih kecil, dan dapat bertahan hidup di berbagai lingkungan.
ADVERTISEMENT
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, kondisi tersebut sangat merugikan kelangsungan hidup spesies. Penelitian bertujuan untuk menyuarakan laporan PBB tentang keanekaragaman hayati yang menunjukkan banyaknya spesies bumi yang mengalami kepunahan.
"Selama perkiraan spesies yang akan punah masih ada, masih ada waktu untuk melindungi konservasi yang lebih baik," kata Amanda Bates, Ketua Riset di Memorial University, Kanada.