Hilangnya Ombak Cantik di Pulau Nias Pasca Gempa dan Tsunami Aceh 2004

26 Desember 2017 15:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Matahari terbenam di Pulau Nias (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Matahari terbenam di Pulau Nias (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Bencana besar menerjang tanah Aceh pada 13 tahun silam, tepatnya 26 Desember 2004. Gempa berkekuatan 9,1 Magnitudo itu mengguncang dasar laut barat daya Sumatra. Akibatnya, timbulah tsunami di Aceh yang meluluhlantakkan berbagai macam bangunan serta memakan korban hingga ratusan ribu jiwa.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Aceh, gempa besar itu rupanya juga menimbulkan perubahan di wilayah lain, salah satunya Pulau Nias. Pulau itu sebelumnya terkenal memiliki ombak tinggi nan cantik. Banyak turis mancanegara, terutama peselancar, berdatangan ke Nias hanya untuk memburu ombak tinggi tersebut.
Namun saat ini ombak di Pulau Nias tidak setinggi dan secantik dulu. Berkurangnya kualitas ombak di Pulau Nias itu disebabkan daratan di sana semakin naik dari permukaan laut akibat dampak gempa besar 13 tahun lalu itu.
Bagaimana Daratan di Nias Bisa Naik?
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan gempa Aceh 2004 yang disebabkan oleh pergeseran lempeng itu menyebabkan batuan karang di Nias naik ke permukaan. Saat ini banyak karang yang dapat terlihat jelas di Pantai Tureloto, Kecamatan Lahewa, Nias Utara.
ADVERTISEMENT
Dahulu, sebelum terjadi gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004, Tureloto memiliki hamparan pasir putih. Namun gempa besar 13 tahun silam itu telah mengakibatkan surutnya air laut sehingga menyebabkan batuan karang di Nias Utara itu naik ke permukaan.
Pantai Turetolo, Nias (Foto: Instagram/@ rickyung)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Turetolo, Nias (Foto: Instagram/@ rickyung)
Menurut pemantauan NiasIsland.com, daratan di Nias naik sekitar satu sampai dua meter pasca Gempa Aceh 2004. Hal itu membuat air laut surut sejauh 300 meter dari posisi sebelumnya.
Daryono yang saat ini menjabat sebagai Vice President Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Divisi Science and Technology, menjelaskan bahwa sebelum terjadi gempa bumi di Aceh itu, ada bagian kerak bumi yang mengalami subsidence atau penurunan. Fenomena ini terjadi di laut barat daya Sumatra akibat adanya desakan lempeng Indonesia-Australia.
ADVERTISEMENT
“Setelah gempa bumi, kemudian terjadi pelepasan medan tegangan,” ujar Daryono saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (25/12).
Pelepasan medan tegangan pada lempengan di laut inilah yang mengakibatkan daratan terangkat. Peristiwa ini disebut sebagai mekanisme pengangkatan atau uplift.
Meski ada daratan di Pulau Nias yang naik, Daryono mengatakan sebenarnya ada juga beberapa daerah di pesisir Sumatra yang turun pasca gempa bumi itu.
Pergerakan lempeng yang mengakibatkan gempa dan tsunami itu, tidak hanya mengubah ketinggian daratan di Sumatra, tapi menurut penelitian juga telah mempercepat periode rotasi Bumi. Akibat gempa tersebut, waktu dalam satu hari jadi berkurang sebanyak 6,8 mikrosekon.