Hindari Manusia, Tanaman Obat Ini Bisa Kamuflase Seperti Bunglon

30 November 2020 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tanaman Fritillaria delavayi. Foto: Yang Niu dkk. via Current Biology
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman Fritillaria delavayi. Foto: Yang Niu dkk. via Current Biology
ADVERTISEMENT
Di sebuah padang rumput pegunungan Hengduan di China, ilmuwan menemukan tanaman yang sangat unik. Salah satu spesies tumbuhan asli daerah tersebut ditemukan mampu melakukan kamuflase yang nyaris sempurna dengan lingkungan berbatu di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Namanya Fritillaria delavayi, tanaman ini aslinya berwarna hijau kuning cerah. F. delavayi dikenal oleh masyarakat setempat sebagai tanaman obat yang sangat mujarab. Hal ini menyebabkan manusia menjadi 'predator' utama tumbuhan unik tersebut.
Seiring waktu, F. delavayi akhirnya menemukan cara terbaiknya untuk menghindari kita sebagai predatornya. Tanaman tersebut berhasil berkamuflase dan berubah warna menjadi abu-abu gelap untuk menyamar dengan lingkungan sekitarnya, kemampuan yang mirip dengan hewan bunglon.
“Seperti kamuflase tumbuhan lain yang telah kami pelajari, kami berpikir bahwa evolusi dari kamuflase dari tumbuhan ini didorong oleh hewan herbivora, namun kami tidak dapat menemukan hewan tersebut,” tulis ahli botani dari Kunming Institute of Botany, Yang Niu, dalam jurnal ilmiah di Current Biology.
ADVERTISEMENT
“Lalu kami sadar bahwa manusia bisa menjadi penyebabnya,” lanjut Yang.
Perburuan tanaman Fritillaria delavayi oleh manusia untuk keperluan obat-obatan membuat tanaman ini berevolusi dengan mengubah warnanya. Foto: Yang Niu dkk. via Current Biology
Fritillaria delavayi memang merupakan tanaman obat yang sangat dihargai di China. Tumbuhan ini disebut dapat mengobati banyak penyakit seperti batuk dan dahak. Sekitar 3.500 umbi tanaman ini dibutuhkan untuk membuat 1 kilogram obat. Hal ini menyebabkan F. delavayi sangat rentan habis di alam karena diburu manusia.
Ilmuwan juga telah menguji kemampuan kamuflase ini di laboratorium. Sesuai dugaan, tanaman F. delavayi dengan warna yang lebih gelap akan lebih sulit ditemukan oleh mata manusia.
“Luar biasa untuk melihat bagaimana manusia dapat memiliki dampak yang langsung dan dramatis terhadap pewarnaan suatu organisme liar, bukan hanya terkait bertahan hidup,” ujar ahli botani dan ekologi dari University of Exeter, Martin Stevens.
ADVERTISEMENT
“Mungkin manusia telah mendorong evolusi strategi pertahanan (seperti ini) pada spesies tumbuhan lain, namun sangat sedikit riset yang mempelajari hal ini,” lanjut Stevens.
Perbandingan tanaman Fritillaria delavayi dalam warna alaminya (A dan B) serta dalam warna kamuflasenya. (Yang Niu dkk. via Current Biology) Foto: Yang Niu dkk. via Current Biology
Tim peneliti kemudian mempublikasikan hasil riset mereka pada jurnal Current Biology yang dirilis pada 20 November 2020 lalu. Ilmuwan juga turut memberikan sederet gambar yang menunjukkan betapa hebatnya kamuflase yang berhasil dilakukan oleh F. delavayi.
(EDR)