news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ide Garry Porter untuk Bersihkan Tumpukan Tinja di Gunung Everest

8 Agustus 2018 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendakian Gunung Everest (Foto: dok. Mahitala UNPAR)
zoom-in-whitePerbesar
Pendakian Gunung Everest (Foto: dok. Mahitala UNPAR)
ADVERTISEMENT
Setiap tahun ada sekitar 1.200 orang yang berusaha mendaki puncak Everest, gunung tertinggi di dunia. Meski tidak semua orang bisa mencapai puncak Gunung Everest, bagaimanapun masing-masing orang yang melakukan pendakian ini telah meninggalkan seonggok "gunung kecil" berupa tahi yang mereka buang.
ADVERTISEMENT
Mengutip The Washington Post, dengan waktu pendakian selama dua bulan, rata-rata seorang pendaki Gunung Everest akan membuang sekitar 27 kilogram tahi dalam perjalanan mereka.
Pada musim ini saja, dilaporkan bahwa para pengangkut barang yang bekerja di Gunung Everest telah membawa turun 14 ton kotoran manusia ke sebuah lubang tanah di Gorak Shep, danau beku yang terletak sekitar 5.180 meter di atas permukaan laut dan tak jauh dari sebuah desa.
Kotoran manusia alias tinja ini merupakan bom waktu yang jika tidak ditangani dengan tepat bisa merusak Gunung Everest untuk selamanya. Hal ini tak bisa dibiarkan oleh Garry Porter.
Porter adalah pensiunan insinyur yang pernah berusaha menaklukkan Gunung Everest. Pada 2003 dia pernah mencoba mencapai puncak Everest, tapi angin kencang memaksa ia dan timnya untuk mengurungkan niat mereka. Sekarang Porter banyak menghabiskan waktunya untuk memikirkan Everest dan bagaimana cara membersihkannya.
ADVERTISEMENT
"Bagi beberapa pendaki, Everest adalah impian seumur hidup. Ketika Anda turun dari Everest, Anda akan masih terpesona oleh pemandangannya dan juga sebuah perasaan luar biasa bagaimana kita membuat kekacauan di sana," ujar Porter.
"Kita akan merasa bahwa Everest seharusnya bisa diperlakukan lebih baik dan sekarang itu telah menjadi tanggung jawab saya sebagai pendaki yang telah berada di sana," tambah dia.
Puncak tertinggi di dunia. Gunung Everest. (Foto: Tim Chong/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Puncak tertinggi di dunia. Gunung Everest. (Foto: Tim Chong/Reuters)
Porter menawarkan sebuah solusi sederhana untuk mengatasi "bom waktu tinja" itu, yakni dengan menggunakan alat pengolah biogas. Alat tersebut bisa mengubah tinja di Everest menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat, seperti pupuk atau gas metana.
Alat yang Porter ingin buat tidak jauh berbeda dengan alat pengolah biogas lain. Alat itu dilengkapi dengan sebuah tangki besar yang bisa menampung air, kotoran manusia, dan bakteri anaerobik untuk memproduksi pupuk dan gas metana.
ADVERTISEMENT
Namun karena temperatur rendah di Everest bisa membuat bakteri tak bekerja, maka Porter harus memutar otak agar alat buatannya bisa tetap bekerja. Ia pun mendesain alat pengolah biogas yang ditanam dalam tanah dan dikelilingi oleh sistem penghangat.
Selain ditanam dalam tanah, bagian atas alat tersebut akan ditutup oleh bangunan pondok untuk menjaga temperatur tetap berada pada 20 derajat Celcius. Selain itu, akan digunakan juga panel surya untuk menjadi sumber energi bagi sistem penghangat.
Porter menjelaskan, pembangunan alat yang kerjakan bersama kelompok Mount Everest Biogas Project itu telah mendapat izin dari Pemerintah Nepal dan para pendaki lain. Selain itu prototipe dari alat ini telah sukses diuji coba oleh peneliti dari Kathmandu University.
ADVERTISEMENT
Pembangunan alat ini diperkirakan akan memerlukan dana sebesar setengah juta dolar AS atau sekitar Rp 7 miliar. Angka ini tentunya terhitung murah demi menjaga kecantikan dan keasrian gunung tertinggi dunia, Gunung Everest.
Kelompok Mount Everest Biogas Project kini sedang mengumpulkan donasi untuk bisa memulai pembangunan alat tersebut di Gunung Everest.