Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
Ilmuwan berhasil merekonstruksi wajah salah satu firaun Mesir kuno yang diduga sebagai ayah Raja Tut (Tutankhamun). Ini digadang-gadang sebagai rekonstruksi wajah paling akurat di dunia.
ADVERTISEMENT
Mumi firaun itu pertama kali ditemukan pada 1907 di Lembah Para Raja Mesir di makam KV 55, beberapa meter dari makam Tutankhamun. Lebih dari seabad kemudian, analisis genetik menunjukkan bahwa mumi tersebut milik ayah biologis Raja Tut dan petunjuk lain di dalam makam memberitahu para arkeolog pria tersebut bernama Akhenaten.
Akhenaten merupakan raja yang memerintah dari 1353 SM hingga 1335 SM. Ia menyebarkan kepercayaan di Mesir. Rekonstruksi wajah dilakukan oleh ilmuwan dari Forensic Anthropology, Paleopathology, Bioarchaeology Research Center (FAPAB) di Sisilia, bekerja sama dengan Cicero Moreas, seniman forensik 3D dari Brasil yang terkenal akan karya-karyanya merekonstruksi wajah dari masa lalu. Butuh berbulan-bulan lamanya untuk mengerjakan proyek tersebut.
Tidak seperti rekonstruksi wajah KV 55 sebelumnya, model baru ini menghilangkan rambut dan perhiasan yang dikenakan firaun. Ini dilakukan agar rekonstruksi fokus pada ciri-ciri wajah firaun.
Menurut Francesco Galassi, profesor arkeologi di Flinders University Australia sekaligus salah satu pendiri FAPAB Research Center, para ilmuwan menggunakan proses rekonstruksi dengan metode Manchester untuk membawa wajah KV 55 ke masa kini berdasarkan catatan sejarah.
ADVERTISEMENT
“Selama proses ini, otot wajah dan ligamen didesain pada model tengkorak sesuai dengan aturan anatomi," kata Galassi kepada Live Science. "Kulit diletakkan di atasnya, dan ketebalan jaringan adalah nilai rata-rata yang telah ditentukan secara ilmiah."
“Saat merekonstruksi wajah, para peneliti merujuk pada sejumlah besar data KV 55, termasuk catatan dari pemeriksaan fisik tengkorak sebelumnya, pengukuran rinci, foto berskala dan sinar-X kerangka.”
Sejarah Akhenaten
Menurut Departemen Sejarah Ohio State University’s, Akhenaten naik tahta sebagai Amenhotep IV. Nama Akhenaten diartikan sebagai Hamba Aten atau dewa matahari Mesir. Saat berkuasa, dia mulai mengubah kepercayaan orang Mesir yang kala itu melayani dewa dan mendirikan pemujaan monoteistik Aten.
Arkeolog sendiri menemukan KV 55 di sebuah makam tak berhias, berisi batu bata yang diukir dengan mantra sihir bertuliskan nama Akhenaten. Peti mati dan toples caponic--wadah berisi organ mumi-- diketahui milik wanita bernama Kiya, yang diidentifikasi sebagai selir Akhenaten.
Jenazah di makam KV 55 memang dikuburkan secara mumifikasi, namun daging yang diawetkan hancur akibat penggalian. Itu hanya menyisakan kerangkanya saja. Berdasarkan barang-barang yang ditemukan di dalam kuburan, para peneliti yakin bahwa itu adalah milik Akhenaten. Namun analisis gigi dan tulang menunjukkan pria tersebut punya usia lebih muda dari dugaan.
ADVERTISEMENT
Pria ini diperkirakan meninggal pada usia 26 tahun. Sementara catatan sejarah menunjukkan Akhenaten memerintah selama 17 tahun dan menjadi ayah dari seorang putri.
“Beberapa arkeolog cenderung berasumsi bahwa ia memulai pemerintahannya sebagai orang dewasa muda daripada sebagai seorang anak. Untuk alasan ini, ada upaya berkelanjutan untuk menganggap KV 55 lebih tua dari yang diindikasikan anatomi sebenarnya," kata Galassi.
Peneliti lain berpendapat bahwa jenazah tersebut mungkin saja milik Smenkhkare, adik laki-laki Akhenaten. Namun, sebagian besar peneliti menganggap Smenkhkare adalah sosok fiktif, dipakai sebagai identitas Ratu Nefertiti yang naik takhta setelah kematian Akhenaten. Dengan begitu, hipotesis mumi KV 55 adalah Smenkhkare bisa dikesampingkan.
Bagaimanpun, kebenaran siapa sosok yang ada di dalam kuburan masih diperdebatkan hingga saat ini. Meski hasil analisis genetik menunjukkan bahwa mumi KV 55 adalah putra Amenhotep II dan ayah dari Tutankhamun.
ADVERTISEMENT