Ilmuwan BRIN Sebut Kandungan Mikroplastik di Jakarta Meningkat Selama Pandemi

4 Agustus 2022 13:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Mikroplastik. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mikroplastik. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ilmuwan mengatakan bahwa selama pandemi virus corona menghantam Indonesia, kandungan mikroplastik di DKI Jakarta mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi makhluk hidup, apalagi jika mikroplastik masuk ke dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, plastik adalah salah satu material terbanyak yang digunakan manusia. Namun benda ini membawa dampak buruknya tersendiri. Plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai sehingga sangat mungkin mencemari lingkungan jika dibuang sembarangan.
Plastik akan terus teruai tapi mentok di ukuran mikroplastik (<5 mm). Mikroplastik ini lebih mudah menyebar, mengikuti siklus air, bahkan masuk ke tubuh makhluk hidup termasuk manusia.
Ilmuwan menemukan kandungan mikroplastik yang tinggi di beberapa muara Jakarta. Berdasarkan analisa material, mereka dapat mengetahui bahwa ada peningkatan signifikan pada material serat yang akrab ditemukan di bahan peralatan Alat Pelindung Diri (APD), termasuk masker wajah yang ramai digunakan ketika pandemi.
Tim gabungan dari peneliti BRIN, Universitas Terbuka, Universitas Sumatera Utara, IPB University dan University of Portsmouth (United Kingdom) melakukan penelitian ini dengan mengumpulkan sampel air pada 6 titik muara di Jakarta. Kontaminasi mikro plastik ditemukan di semua titik. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Marine Pollution Bulletin.
Peneliti LIPI, Muhammad Reza Cordova. Foto: ipb.ac.id
“Secara proporsi terdapat peningkatan mikroplastik bentuk benang yang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis, dari sebelumnya hanya sekitar 3% sesaat setelah ditemukannya kasus COVID-19 pertama di Indonesia, hingga akhirnya proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020,” ungkap Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, M. Reza Cordova, sekaligus pemimpin studi.
ADVERTISEMENT
Peneliti menemukan konsentrasi 4,29 hingga 23,49 partikel mikroplastik per 1000 liter air sungai dengan rata-rata 9.02 partikel per 1000 liter air sungai. Konsentrasi tinggi di wilayah pesisir timur Teluk Jakarta dibandingan pesisir bagian barat.
“Akibatnya, pengelolaan limbah yang tepat sangat penting untuk meminimalkan emisi mikroplastik ke dalam lingkungan. Harus ditekankan bahwa studi ekstensif tentang polusi mikroplastik di air tawar dan ekosistem laut Indonesia diperlukan.”
Ilustrasi mikroplastik. Foto: Getty Images
Tim peneliti juga mengumpulkan sampel secara rutin selama beberapa bulan untuk mengamati korelasi antara kelimpahan kandungan mikroplastik dengan musim. Hasilnya ditemukan peningkatan pesat di musim hujan. Pada musim hujan, konsentrasi rata-rata mikroplastik yang terukur ada di angka 9.02 partikel per 1000 liter air sungai, sedangkan pada musim kemarau yakni 8.01 partikel per 1000 liter air sungai.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti berharap penemuan mendorong perbaikan pengelolaan sampah sekali pakai.
“Implementasi dari aturan yang ketat, pemberian sosialisasi dan pemahaman publik, diperlukan untuk mempromosikan metode pembuangan yang benar dan perubahan sistemik dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai.” jelas Reza.
Dia menambahkan, mengingat kondisi pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, hasil riset ini bertujuan mengajak masyarakat turut berperan dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama terkait pembunangan sampah APD, dalam hal ini sampah masker yang biasa dipakai sehari hari oleh masyarakat.