Ilmuwan 'Hidupkan' Serigala Purba Dire Wolf yang Punah 10.000 Tahun Lalu

8 April 2025 14:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tiga anak serigala hasil rekayasa genetika dari DNA hewan purba dire wolf berhasil dilahirkan. Foto: @Colossal/X
zoom-in-whitePerbesar
Tiga anak serigala hasil rekayasa genetika dari DNA hewan purba dire wolf berhasil dilahirkan. Foto: @Colossal/X
ADVERTISEMENT
Tim peneliti dari Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi, mengaku telah berhasil melahirkan tiga anak serigala hasil rekayasa genetika. Hewan ini disebut menyerupai spesies purba dire wolf, atau serigala ganas, yang punah puluhan ribu tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Mereka yang berusia antara tiga hingga enam bulan itu memiliki bulu putih panjang, rahang kuat, dan bobot sekitar 36 kg —diperkirakan bisa tumbuh hingga mencapai 63,5 kg saat dewasa. Ketiganya kini hidup di lokasi rahasia dan aman di AS, menurut laporan Colossal.
Dire wolf (Aenocyon dirus) sendiri telah punah lebih dari 10.000 tahun lalu. Hewan purba itu dikenal memiliki postur lebih besar daripada serigala abu-abu modern.
Colossal menciptakan hewan-hewan ini dengan merekayasa gen serigala abu-abu menggunakan teknologi CRISPR. Mereka memodifikasi 20 bagian genom berdasarkan DNA purba dari fosil gigi berusia 13.000 tahun dan fragmen tengkorak berumur 72.000 tahun.
Meski secara fisik menyerupai serigala ganas, ilmuwan independen menyatakan ini bukanlah kebangkitan kembali spesies yang telah punah.
ADVERTISEMENT
"Yang bisa Anda lakukan sekarang adalah menciptakan sesuatu yang tampak mirip, bukan benar-benar menghidupkan kembali spesies yang telah punah," kata Vincent Lynch, ahli biologi dari University at Buffalo yang tidak terlibat dalam penelitian, mengutip AP.
Selain menciptakan anak-anak serigala mirip dire wolf, Colossal juga mengumumkan keberhasilan mengkloning empat ekor serigala merah dari populasi liar di tenggara AS yang kini sangat terancam punah. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan keberagaman genetik dalam upaya pelestarian spesies tersebut.
Teknologi ini juga berpotensi digunakan dalam konservasi spesies lain, meski tetap memerlukan prosedur yang kompleks dan melibatkan hewan liar. Christopher Preston, ahli satwa liar dari University of Montana, menekankan meskipun metode ini relatif tidak invasif, pengambilan darah dari serigala liar tetap merupakan tantangan besar.
ADVERTISEMENT
CEO Colossal, Ben Lamm, menyatakan timnya telah bertemu dengan Departemen Dalam Negeri AS terkait proyek ini. Menteri Dalam Negeri Doug Burgum bahkan menyambut proyek ini di media sosial sebagai “era baru penuh keajaiban ilmiah.”
Meski begitu, para ahli tetap mengingatkan kebangkitan spesies purba belum tentu relevan dengan ekosistem modern.
"Apapun fungsi ekologi yang dilakukan serigala sebelum mereka punah, mereka tidak dapat melakukan fungsi-fungsi tersebut," tambah Lynch.