Ilmuwan Kaget, Burung Pintar Ini Jago Pakai Alat Gantikan Paruh yang Cacat

14 September 2021 13:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bruce, burung kea pintar yang mampu menggunakan peralatan sebagai solusi kecacatan paruh. Foto: Bastos et al., Scientific Reports, 2021
zoom-in-whitePerbesar
Bruce, burung kea pintar yang mampu menggunakan peralatan sebagai solusi kecacatan paruh. Foto: Bastos et al., Scientific Reports, 2021
ADVERTISEMENT
Seekor burung kea bernama Bruce sukses bikin ilmuwan heran bukan kepalang. Ia mampu menunjukkan tingkat kecerdasan yang sangat jarang ditemukan pada burung liar, yakni kemampuan untuk menggunakan peralatan.
ADVERTISEMENT
Keterampilan menggunakan peralatan menunjukkan tingkat kecerdasan yang kompleks. Mamalia adalah kelompok hewan yang diketahui memiliki keterampilan ini. Sedangkan pada burung liar, kemampuan tersebut masih diperdebatkan buktinya — meski ada anekdot bahwa burung beo peliharaan mampu menggunakan peralatan.
Nah, lewat studi yang dipublikasikan di Scientific Reports pada Jumat (10/9), para peneliti Selandia Baru membuktikan bahwa burung liar juga mampu menggunakan peralatan.
Dalam riset tersebut, mereka menggunakan seekor burung kea bernama Bruce yang tinggal di Willowbank Wildlife Reserve di kota Christchurch. Burung kea sendiri merupakan sejenis beo endemik yang hanya hidup di Selandia Baru.
Bruce, burung kea pintar yang mampu menggunakan peralatan sebagai solusi kecacatan paruh. Foto: Bastos et al., Scientific Reports, 2021
Bruce, yang kini berusia 9 tahun, memiliki paruh yang cacat. Peneliti menjelaskan bahwa cacat tersebut sudah dimiliki Bruce ketika petugas satwa liar menemukannya pertama kali saat bayi. Peneliti menduga, paruh bagian atas Bruce rusak karena terkena perangkap tikus.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, paruh yang cacat bakal menyulitkan hidup seekor burung kea. Sebab, kea menggunakan paruh atas mereka yang panjang dan melengkung untuk merapikan bulu mereka dari parasit dan kotoran.
Meski hidupnya sulit, Bruce tampaknya enggak kehabisan akal. Ia belajar sendiri menggunakan berbagai macam kerikil untuk merapikan dan menghilangkan kotoran di bulu. Penjaga di Willowbank pertama kali mencatat inovasi Bruce tersebut pada 2019.
Kemampuan ini awalnya terlihat kebetulan, namun riset peneliti membuktikan bahwa apa yang dilakukan Bruce adalah intensional. Artinya, ia memang sengaja melakukan itu — membuatnya unik dibanding burung lainnya.
“Kea tidak secara teratur menampilkan penggunaan alat di alam liar, sehingga memiliki individu yang berinovasi menggunakan alat dalam menanggapi kecacatannya menunjukkan fleksibilitas yang besar dalam kecerdasan mereka. Mereka mampu beradaptasi dan secara fleksibel memecahkan masalah baru yang muncul,” kata penulis utama studi sekaligus peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Auckland, Amalia Bastos, dalam keterangan resminya.
ADVERTISEMENT
“Kerikil yang diambilnya berbeda dengan yang diambil oleh kea lain, selalu dengan ukuran tertentu. Ini menunjuk pada tindakan yang disengaja: untuk menemukan cara untuk merapikan bulu tanpa bagian atas paruhnya.”
Bruce, burung kea pintar yang mampu menggunakan peralatan sebagai solusi kecacatan paruh. Foto: Bastos et al., Scientific Reports, 2021
Untuk membuktikan bahwa apa yang dilakukan oleh Bruce enggak kebetulan, para peneliti mengamati Bruce di kandang burung di Willowbank Wildlife Reserve selama sembilan hari.
Para peneliti menemukan, 90 persen kerikil yang diambil Bruce akan dia gunakan untuk merapikan bulu. Ketika dia menjatuhkan kerikil saat merapikan bulu, hampir 95 persen dia akan mengambilnya kembali atau mencari kerikil baru untuk melanjutkan merapikan bulu.
Bruce juga selalu mengambil kerikil dengan ukuran yang sama. Perilaku ini mengindikasikan bahwa ia memang sengaja mencari kerikil yang cocok untuk dipakai merapikan bulunya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dari pengamatan 12 kea lain di kandang burung, para peneliti tak menemukan ada burung lain yang menggunakan kerikil saat bersolek seperti Bruce. Kalaupun burung kea lain berinteraksi dengan kerikil, mereka memilih batu berukuran berbeda dengan yang digunakan Bruce.
“Studi kami memberikan bukti baru dan empiris untuk penggunaan perkakas perawatan diri yang disengaja pada spesies burung di mana perkakas bukanlah perilaku spesifik spesies. Ini juga mendukung klaim bahwa perkakas dapat diinovasi berdasarkan kebutuhan ekologis oleh spesies dengan kognisi domain-umum yang cukup,” kata peneliti dalam laporannya.
Kea pada umumnya memang tergolong burung yang cukup cerdas. Namun, Bastos mengatakan bahwa Bruce jelas lebih pintar dari burung kea lain.
Oleh karena itu, Bastos merasa enggak perlu membuatkan paruh palsu untuk Bruce. Hewan tersebut dianggap sudah cukup pintar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Dia tidak membutuhkannya," kata Bastos kepada The New York Times. "Dia baik-baik saja dengan (paruh) miliknya sendiri."