Ilmuwan Prediksi Ada Ledakan Dahsyat di Luar Angkasa Tahun Ini, Apa Itu?

15 April 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bintang raksasa merah dan katai putih saling mengorbit dalam animasi nova. Foto: NASA
zoom-in-whitePerbesar
Bintang raksasa merah dan katai putih saling mengorbit dalam animasi nova. Foto: NASA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 2024, sekitar bulan September, peneliti memprediksi bakal ada ledakan dahsyat di luar angkasa dengan jarak 3.000 tahun cahaya dari Bumi. Peristiwa ini terjadi saat malam hari, memberikan kesempatan bagi para astronom untuk menyaksikan pemandangan langka luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Sistem bintang biner di konstelasi T Coronae Borealis biasanya sulit untuk dilihat mata telanjang karena cahayanya terlalu redup. Namun, setiap 80 tahun sekali atau lebih, pertukaran antara dua bintangnya memicu ledakan nuklir yang sangat dahsyat.
Cahaya dari ledakan tersebut melintas kosmos, membuatnya tampak seperti bintang baru –setara Bintang Utara menurut NASA–, tiba-tiba muncul di langit malam Bumi selama beberapa hari.
Ini bakal menjadi ketiga kalinya manusia menyaksikan peristiwa ledakan dari sistem bintang biner di konstelasi Corona Borealis, yang pertama kali ditemukan oleh polimatik Irlandia, John Birmingham, pada 1866, kemudian muncul lagi pada 1946.
Sumner Starrfield, astronom di Arizona State University, mengaku sangat antusias untuk melihat ledakan nova ini. Starrfield telah menunggu momen ledakan T Coronae Borealis sejak 1960-an. Saat ini, dia juga sedang menyelesaikan penelitian ilmiah seputar nova yang akan muncul dalam lima bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
Langit malam. Foto: Thinkstock

Katai putih dan raksasa merah

Starrfield mengatakan, hanya ada sekitar 10 nova yang aktivitasnya berulang di Bima sakti dan galaksi sekitarnya. Nova normal meledak setiap 100 tahun sekali. Sementara yang lain meledak dalam rentang waktu manusia, artinya lebih sering terjadi.
Salah satunya adalah bintang dingin sekarat disebut raksasa merah yang telah membakar hidrogennya dan berkembang secara masif. Yang lainnya adalah katai putih, tahap lanjutan setelah kematian sebuah bintang di mana atmosfernya hilang dan menyisakan inti yang sangat padat.
Perbedaan ukuran antara raksasa merah dan katai putih sangat besar. Ini membuat katai putih T Coronae Borealis membutuhkan waktu 227 hari untuk mengorbit raksasa merahnya. Sedangkan jarak keduanya sangat dekat sehingga materi yang dikeluarkan oleh raksasa merah berkumpul di dekat permukaan katai putih. Setelah massa sekitar Bumi terbentuk di katai putih–yang memakan waktu sekitar 80 tahun– suhu panasnya cukup untuk memulai reaksi termonuklir yang tak terkendali.
ADVERTISEMENT
“Ini berakhir dengan ledakan besar dan dalam beberapa detik suhu naik 100 - 200 derajat celcius,” kata Joachim Krautter, pensiunan astronom Jerman yang mempelajari nova.
Teleskop luar angkasa James Webb akan menjadi salah satu dari banyak mata yang tertuju pada ledakan T Coronae Borealis. Kamu juga bisa melihatnya dan tidak memerlukan alat teknologi canggih untuk menyaksikan peristiwa langka ini.
“Anda cukup keluar dan melihat ke arah Corona Borealis,” kata Krautter.