Ilmuwan Sengaja Suntik Virus Corona ke Tubuh Monyet, Buat Apa?

27 Mei 2020 16:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan di AS sengaja menyuntik virus corona ke tubuh monyet rhesus (Macaca mulatta). Mereka melakukannya demi penelitian terkait COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona.
ADVERTISEMENT
Ada dua studi yang menggunakan monyet rhesus terinfeksi virus corona sebagai objek penelitian. Tujuan riset adalah untuk membuktikan dan memahami imunitas yang terbentuk setelah sembuh COVID-19, serta kemampuannya menangkal infeksi ulang virus corona.
Pada riset pertama, tim peneliti menginfeksi sembilan ekor monyet dengan COVID-19. Setelah para monyet pulih, ilmuwan menyuntik lagi virus corona dan primata-primata itu ternyata tak lagi sakit COVID-19.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
Menurut hipotesis Dr. Dan Barouch, peneliti dari Center for Virology and Vaccine Research di Beth Israel Deaconness Medical Center, Harvard Medical School, yang berlokasi di Boston, AS, para monyet mungkin mengembangkan sistem kekebalan tubuh alami yang bisa melindunginya dari infeksi ulang.
"Ini adalah berita yang sangat bagus," kata Barouch, seperti dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
Pada studi kedua, Barouch dan timnya menguji 25 monyet dengan enam prototipe calon vaksin virus corona. Upaya itu dilakukan untuk membuktikan apakah antibodi yang terbentuk sebagai respons infeksi adalah pelindung yang efektif atau tidak.
Setelah disuntik dengan purwarupa vaksin, para monyet tersebut lantas diinfeksi dengan virus SARS-CoV-2. Sekelompok primata ini kemudian dibandingkan dengan 10 hewan lain yang tak diberi prototipe vaksin.
Hasilnya, hewan yang tak divaksin menunjukkan gejala-gejala COVID-19 yang bisa dilihat dari hidung dan paru-parunya. Sementara hewan yang divaksin justru memperlihatkan kekebalan terhadap virus corona.
"Kami melihat tingkat perlindungan yang substansial," ucap Barouch, sembari menyebut ada delapan hewan yang divaksinasi terlindungi dari infeksi COVID-19.
Kedua riset ini tidak membuktikan apakah manusia mengembangkan imun yang sama atau tidak, termasuk berapa lama sistem kekebalan tubuh pascainfeksi virus corona bisa bertahan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan sebagai pembuktian. Kedua studi sudah terbit di jurnal Science pada 20 Mei 2020.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.