Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ilmuwan Sukses Kembalikan Penglihatan Monyet Pakai Sel Punca Manusia
11 Oktober 2024 14:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Retina adalah lapisan sel pendeteksi cahaya di bagian belakang mata . Kerusakan serta penyakit pada jaringan tersebut dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dan kebutaan. Kondisi seperti ini sulit diobati.
Studi baru yang terbit di jurnal Stem Cell Reports, berfokus pada perbaikan lubang makula. Dalam kondisi langka ini, lubang terbentuk tepat di bagian tengah retina, di “fovea”, yang diperlukan untuk penglihatan sentral dan fokus yang tajam. Lubang makula terbentuk ketika zat seperti jeli di dalam mata menjauh dari retina, menyebabkan robekan. Sekitar 90 persen dari kasus ini diobati dengan cara pembedahan, tapi 10 persen sisanya dapat menyebabkan pasien mengalami penglihatan kabur atau bintik buta.
Dr. Michiko Mandai, direktur pusat penelitian di Kobe Eye Hospital di Jepang, telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mengembangkan versi retina mini yang tumbuh di laboratorium dari sel punca. “Organoid” retina ini adalah lembaran sel pendeteksi cahaya, berasal dari sel punca yang bisa dikembangkan menjadi jaringan apa pun di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Pada 2019, Mandai berkesempatan untuk menguji lembaran sel ini pada lubang makula. Ini diterapkan pada monyet Jepang (Macaca fuscata) yang tidak bisa menyelesaikan tugas visual karena memiliki lubang makula.
Mandai dan tim lalu mencoba menumbuhkan lapisan retina dari sel punca manusia dan menggunakannya untuk menambal retina monyet melalui pembedahan–proses ini mirip seperti menempelkan tambalan pada pakaian robek. Hasilnya, transplantasi berlangsung aman dan efektif, kinerja monyet dalam tes penglihatan pasca-operasi membaik.
Satu-satunya komplikasi dari prosedur ini adalah terjadinya penolakan pada bagian operasi di mana sistem kekebalan menyerang jaringan yang ditransplantasikan. Dalam kasus ini, tim mengatasi masalah dengan suntikan steroid untuk menekan respons kekebalan. Menurut Mandai, penolakan mungkin disebabkan oleh sifat transplantasi lintas spesies.
ADVERTISEMENT
“Transplantasi jaringan manusia ke manusia akan memiliki risiko respons imun yang lebih rendah,” kata Mandai.
Enam bulan pasca-operasi, peneliti mengangkat mata monyet melalui pembedahan untuk memeriksa tambalan mata. Mereka menemukan bahwa sel-sel penglihatan baru telah berkembang, terutama sel batang (rods) untuk melihat di malam hari, dan sel kerucut (cones) yang menjadi kunci untuk melihat warna. Namun, tim tak bisa memastikan bahwa hubungan telah terbentuk antara sel-sel yang ditransplantasikan dan sel asli monyet.
“Apakah sel retina yang dicangkok juga dapat berkontribusi pada fungsi visual belum diketahui, tapi itu tidak terlalu penting,” ujar Mandai.
Dengan kata lain, penglihatan monyet membaik karena lubang makula ditutup, bukan karena sel yang dicangkok benar-benar membantu pemrosesan visual.
ADVERTISEMENT