Ilmuwan Teliti DNA Kobra India untuk Bikin Serum Antibisa Ular

10 Januari 2020 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), gigitan ular adalah masalah kesehatan masyarakat yang sering kali diabaikan. Padahal, ada sekitar 5,4 juta kasus orang digigit ular setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 137.880 korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Gigitan ular juga menyebabkan sejumlah korban harus diamputasi, serta mengalami cacat permanen. Sebagian besar kasus gigitan ular ini terjadi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Melihat fakta-fakta yang ada, penanganan pasien gigitan ular menjadi salah satu prioritas di kalangan peneliti. Sebuah tim peneliti gabungan perusahaan dan lembaga akademis berhasil mengurutkan materi genetik atau genom Kobra India (Naja naja) untuk mengembangkan serum antibisa baru. Dilansir dari Phys.org, Genom ini membawa seluruh informasi genetik, termasuk DNA dan RNA.
Ilustrasi ular kobra. Foto: Shutterstock
Para peneliti telah bekerja selama bertahun-tahun untuk menemukan serum antibisa untuk menawar racun empat spesies ular dengan bisa paling mematikan. Keempat ular tersebut adalah ular Krait atau Bungarus caeruleus, ular Viper’s Russel atau Daboia russelii, ular Beludak Sisik Gergaji atau Echis, dan ular Kobra India atau Naja naja.
ADVERTISEMENT
Adapun metode penelitian yang digunakan yakni dengan menyuntikkan sedikit racun ke kuda dan mengumpulkan antibodi yang terbentuk di tubuh hewan tersebut. Pendekatan ini memakan biaya besar dan rentan terjadi eror.
Kendati begitu, para peneliti sedari awal optimis mengembangkan serum antibisa ini. Terutama lewat jalan mengurutkan genom Kobra India berdasarkan rekombinan sintesis yang dibangun dari sekumpulan protein.
Ular kobra. Foto: Pexels
Lebih lanjut, tim peneliti menerapkan teknologi pengurutan genom dengan metode long-read dan short-read. Mereka juga menggunakan data kontak kromosom dan pemetaan optik. Secara keseluruhan, jaringan dari 17 jenis Kobra digunakan, perannya sebagai parameter untuk memprediksi 31.447 transkrip dan 23.248 gen pengkode protein.
Yang paling menjadi perhatian dalam kajian ini adalah data genom yang terkait produksi racun ular. Para peneliti mempelajari gen yang terhubung dengan kelenjar racun dan kelompok gen yang mengkodekan protein racun.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, ada 19 gen yang berperan dalam produksi toksin di kelenjar racun ular. Dengan menggunakan spektometri massa, peneliti mampu memverifikasi protein yang diproduksi gen-gen tersebut.
Sebagai tambahan, peneliti membandingkan temuan mereka dengan data mengenai ular Beludak berbisa atau Crotalus viridis. Dengan demikian, mereka dapat menentukan bahwa 15 dari seluruh gen toksin yang ditemukan khas hanya ada pada Kobra India.
Untuk selanjutnya, para peneliti berharap temuan mereka dapat menjadi batu loncatan untuk memulai pengembangan racun rekombinan sintetis untuk mencipakan serum antibisa ular.