Ilmuwan Temukan Bukti Evolusi Spesies Burung Baru di Galapagos

11 Maret 2019 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Big Bird (burung besar) Galapagos Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Big Bird (burung besar) Galapagos Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para ilmuwan di Kepulauan Galapagos telah mengamati sesuatu yang menakjubkan, yakni evolusi spesies yang sepenuhnya baru di alam liar. Dan itu terjadi hanya dalam dua generasi.
ADVERTISEMENT
Pada 2017 lalu, urutan genom dan analisis karakteristik fisik secara resmi mengonfirmasi spesies baru ketilang Darwin, burung endemik di pulau kecil Daphne Major di Galapagos. Burung ini sering disebut Big Bird (burung besar).
Ada sekitar 15 spesies ketilang Darwin, yang sengaja dinamakan begitu karena keanekaragamannya membantu naturalis Charles Darwin memahami teorinya tentang evolusi melalui seleksi alam, yakni mutasi dapat membantu spesies menjadi lebih baik beradaptasi dengan lingkungannya, dan diturunkan ke generasi berikutnya.
Dua spesies baru ini bergabung dalam apa yang disebut dengan hibridisasi spesies yang membentuk rupa baru.
Big Bird (burung besar) Galapagos Foto: Wikimedia Commons
Sementara dalam ekspedisi di pulau Daphne Major, dua biologis dari Princeton University, Peter dan B. Rosemary Grant, memperhatikan keberadaan interloper nonpribumi, Geospiza conirostris. Burung ini juga dikenal dengan ketilang kaktus besar dan juga jadi hewan asli di pulau Galapos lainnya, yaitu Espanola, Genovesa, Darwin, dan Wolf.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu spesies yang lebih besar dari ketilang Darwin, dan punya bunyi berbeda dari tiga spesies asli Daphne Major, muncul pendatang baru seekor pejantan.
"Kami tidak melihatnya terbang dari atas laut, tetapi kami memperhatikannya setelah ia tiba. Dia sangat berbeda dengan burung-burung lain sehingga kami tahu dia tidak menetas dari telur di Daphne Major," kata Peter Grant, seperti dikutip Science Alert.
Namun kemudian ia kawin dengan dua betina dari salah satu spesies asli di sana, Geospiza fortis. Dan perkawinan ini menghasilkan keturunan. Sebuah garis keturunan baru dimulai.
Burung-burung ini memiliki suara yang berbeda dengan G. fortis, serta ukuran dan bentuk paruh yang juga berbeda, dan inilah yang digunakan ketilang untuk menarik pasangan. Secara reproduktf, spesies baru ini benar-benar terisolasi, dan harus kawin dengan jenisnya sendiri untuk bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Hal itu adalah perjuangan berat. Selama kekeringan yang melanda di pulau itu pada 2002 hingga 2003, ketika garis keturunan baru berada di generasi keempat, semua kecuali dua burung mati. Kemudian, mereka berkumpul, kawin untuk berkembang biak.
"Ketika hujan turun lagi, saudara-saudara burung itu saling kawin satu sama lain dan menghasilkan 26 anak," kata Rosemary Grant. "Semua kecuali sembilan yang selamat untuk berkembang biak - anak jantan kawin dengan induknya, anak betina dikawini oleh bapaknya - menghasilkan garis keturunan."
Karena kutilang hibrida lebih besar dari populasi asli, mereka dapat mengakses pilihan makanan yang sebelumnya tidak dieksploitasi, dan bertahan hidup. Pada kunjungan terakhir Grant ke pulau pada 2012, mereka menghitung 23 individu dan 8 pasang burung.
ADVERTISEMENT
Peneliti mencatat, bahwa hibridisasi dapat terjadi berkali-kali pada ketilang Darwin pada masa lalu, menghasilkan spesies baru yang entah punah atau berevolusi menjadi spesies yang kita kenal sekarang.
"Seorang naturalis datang ke Daphne Major tanpa mengetahui bahwa garis keturunan ini muncul baru-baru ini akan mengenali garis keturunan ini sebagai salah satu dari empat spesies di pulau itu," kata Leif Andersson dari Uppsala University di Swedia, yang melakukan analsisi genetik. "Ini jelas menunjukkan nilai studi lapangan yang sudah berjalan lama."