Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Ilmuwan kembali membuat sebuah penemuan mengejutkan. Kali ini mereka menemukan makhluk yang berkaitan erat dengan luar angkasa. Bukan alien, tapi mikroba pemakan benda luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Diterbitkan dalam jurnal Scientific Report, baru-baru ini para ilmuwan telah menemukan mikroba pemakan meteorit yang tumbuh subur pada logam batu luar angkasa yang mendarat di Bumi.
Diberi nama Metallosphaera sedula, mikroba ini memiliki kemampuan unik untuk mendapatkan energi dari sumber-sumber ekstraterestrial anorganik. Saat in, para ahli astrobiologi sedang mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan mikroba aneh tersebut.
Awalnya, M. sedula diketahui terisolasi dari medan vulkanik di Italia dan dikenal sebagai mikroorganisme kuno. Makhluk ini merupakan organisme bersel tunggal yang dikenal sebagai archae, atau mikroba yang tidak terkait dengan bakteri, virus, hewan, tumbuhan, atau jamur. Hampir sama dengan chemolithotrophic, M. sedula memperoleh energi dari sumber anorganik melalui proses oksidasi.
Kendati begitu, M. sedula memiliki kebiasaan berbeda dengan mikroba lain dari jenisnya. Ia lebih memilih mengonsumsi senyawa anorganik yang ditemukan dalam meteorit . Kebiasaan aneh ini ditemukan ketika para peneliti menyelidiki sifat M. sedula dengan mencoba menaruhnya pada potongan batu NWA 1172, yakni sebuah meteorit kaya akan logam dan zat besi yang ditemukan di Aljazair, Afrika, pada tahun 2000.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, para peneliti mencatat M. sedula tumbuh lebih cepat saat ditempatkan di meteorit ketimbang pada mineral-mineral yang berasal dari Bumi. Untuk meyakinkan temuannya, para peneliti kemudian menempatkan M. sedula pada sampel permukaan tanah yang dinilai memiliki struktur sama dengan meteorit, yakni menyediakan area permukaan yang lebih banyak.
Sekali lagi, meteorit terbukti menjadi makanan utama M. sedula, di mana mereka menghasilkan pertumbuhan dan koloni yang lebih banyak.
“Kandungan meteorit tampaknya lebih bermanfaat bagi mikroorganisme kuno ini daripada memakan sumber mineral terestrial,” ujar Tetyana Milojevic, penulis utama dari Departemen Kimia Biofisika di University of Vienna di Austria, dikutip dari IFL Science.
Kemampuan M. sedula dalam memakan meteorit bisa membuka wawasan yang lebih luas bagi para peneliti. Salah satunya sebagai batu loncatan untuk lebih memahami biogeokimia meteorit atau bahkan menemukan bukti kehidupan di luar angkasa, di tempat lain di tata surya, terutama menemukan makhluk yang memiliki selera tinggi pada meteorit dan logam lainnya.
ADVERTISEMENT