Ilmuwan Temukan Oksigen di Atmosfer Planet Venus, Bisa buat Manusia Bernapas?

11 November 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi planet Venus. Foto: NASA/JPL-Caltech
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi planet Venus. Foto: NASA/JPL-Caltech
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekelompok peneliti mendeteksi oksigen di planet Venus. Menariknya, gas yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup itu ditemukan di atmosfer Venus yang diketahui berbahaya.
ADVERTISEMENT
Atmosfer Venus sendiri didominasi oleh karbon dioksida sebanyak 96,5 persen, dengan jumlah nitrogen dan gas yang lebih sedikit. Oksigen hampir tidak ada di sini.
Namun siapa sangka, tim ilmuwan menemukan oksigen atom dalam lapisan tipis yang diapit di antara dua lapisan atmosfer Venus lainnya. Penemuan dilakukan dengan instrumen di atas observatorium udara SOFIA (Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy), pesawat Boeing 747SP yang dimodifikasi untuk membawa teleskop inframerah dalam proyek kerja sama NASA dan German Aerospace Center.
Udara Venus terdapat lapisan awan yang mengandung asam sulfat hingga ketinggian sekitar 65 kilometer di atas permukaannya, dengan angin berkekuatan badai yang bertiup berlawanan arah dengan rotasi planet. Sementara itu, angin kencang bertiup searah dengan rotasi Venus sekitar 120 kilometer di atas permukaan.
ADVERTISEMENT
Oksigen ditemukan terkonsentrasi di antara dua lapisan ganas tersebut pada ketinggian sekitar 100 kilometer di atas permukaan. Suhu oksigen ditemukan berkisar antara minus 120 derajat Celsius pada siang hari hingga minus 160 derajat Celsius pada malam hari.
Ilustrasi permukaan planet Venus. Foto: NASA/JPL-Caltech
Sebagai catatan, oksigen atom yang terdeteksi ini terdiri dari atom tunggal, berbeda dengan oksigen molekuler yang terdiri dari dua atom dan dapat bernapas. Oksigen atom cenderung tidak bertahan lama, karena sangat reaktif dan mudah terikat dengan atom lain.
Para peneliti untuk pertama kalinya secara langsung menemukan oksigen di sisi Venus yang menghadap Matahari –tempat oksigen diproduksi di atmosfer. Mereka juga mendeteksinya di sisi yang menghadap jauh dari Matahari, lokasi oksigen sebelumnya terlihat oleh teleskop darat di Hawaii, AS.
ADVERTISEMENT
Venus sendiri berotasi jauh lebih lambat dibandingkan Bumi.
"Atmosfer Venus sangat padat. Komposisinya juga sangat berbeda dengan Bumi," kata fisikawan dari German Aerospace Center dan juga penulis utama studi, Heinz-Wilhelm Hübers, seperti dikutip Reuters.
Hübers mengatakan Venus tidak ramah, setidaknya bagi organisme dari Bumi. Atmosfer tebal di planet kedua dari Matahari ini memerangkap panas dalam efek rumah kaca yang tak terkendali, membuat suhu di permukaan planet rata-rata sekitar 464 derajat Celsius.
Ilustrasi Korona Quetzalpetlatl besar yang terletak di belahan selatan Venus. Foto: NASA/JPL-Caltech/Peter Rubin
Oksigen diproduksi pada siang hari di planet ini oleh radiasi ultraviolet dari Matahari yang memecah karbon dioksida dan karbon monoksida di atmosfer, kemudian mengubahnya menjadi atom oksigen dan senyawa kimia lainnya. Sebagian oksigen kemudian diangkut oleh angin ke sisi malam Venus.
ADVERTISEMENT
"Deteksi atom oksigen di Venus adalah bukti langsung aksi fotokimia –dipicu oleh radiasi UV (ultraviolet) Matahari– dan pengangkutan produk-produknya oleh angin atmosfer Venus," kata Helmut Wiesemeyer, astrofisikawan dari Max Planck Institute for Radio Astronomy di Jerman sekaligus rekan penulis riset.
"Di Bumi, lapisan ozon stratosfer yang melindungi kehidupan kita merupakan contoh fotokimia yang terkenal," tambahnya.
Penemuan oksigen di atmosfer Venus ini sudah dicatat dalam jurnal yang terbit di Nature Communications pada Selasa (7/11).