Ilmuwan Ungkap Identitas 2 Mumi Misterius yang Ditemukan di Katedral Notre Dame

15 Desember 2022 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua sarkofagus yang ditemukan di Katedral Notre Dame. Foto:  University of Toulouse III
zoom-in-whitePerbesar
Dua sarkofagus yang ditemukan di Katedral Notre Dame. Foto: University of Toulouse III
ADVERTISEMENT
Tiga tahun lalu, Katedral Notre Dame di Prancis terbakar hebat. Membuat menara dan sebagian besar bangunan hangus dilalap si jago merah. Sehari pasca-kebakaran, para arkeolog diminta untuk mensurvei kerusakan dan membantu proses pemulihan gereja bersejarah itu.
ADVERTISEMENT
Selama penggalian di katedral pada awal tahun 2022, para peneliti menemukan dua sarkofagus misterius berasal dari abad yang lalu. Tidak diketahui, siapa yang bersemayam di dalam peti mati itu. Tapi, baru-baru ini peneliti menemukan fakta tentang seluk beluk dua peti mati tersebut.
Dalam temuan mereka, peneliti mengatakan bahwa di dalam sarkofagus bersemayam dua mumi. Mumi pertama merupakan gerejawi yang semasa hidupnya menderita “penyakit raja” alias penyakit berhubungan dengan persendian seperti asam urat. Sementara yang satu lagi adalah orang dengan usia lebih muda tetapi jenazahnya mengisyaratkan kehidupan sulit.
Eric Crubezy, profesor antropologi biologi di University of Toulouse III, adalah salah satu orang yang ikut mengawasi pembukaan peti mati yang dilakukan bulan lalu. Dia telah mempelajari sisa-sisa dua jenazah dan berhasil menentukan usia serta gaya hidup mereka sebelum keduanya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Mayat di dalam sarkofagus yang ditemukan di Katedral Notre Dame. Foto: University of Toulouse III
Crubézy menjelaskan, De la Porte adalah seorang pria kanon atau anggota pendeta yang bertanggung jawab atas katedral. Dia menggunakan kekayaannya untuk membantu menopang paduan suara Notre Dame. Dedikasinya terhadap katedral membuat De la Porte disemayamkan di bawah bagian tengah transept, yakni area yang disediakan untuk tempat peristirahatan terakhir para elit.
Menurut pernyataan University of Toulouse, sisa-sisa mayat De la Porte sendiri terawetkan dengan cukup baik, termasuk tulang, kepala, rambut, janggut, dan bahkan pakaiannya. Di dalam sarkofagus, peneliti juga menemukan tiga medali yang disimpan didekat mayat De la Porte. Selain itu, Crubézy juga bilang bahwa gigi kanon ada dalam kondisi sangat baik meski tidak ada tanda-tanda aktivitas fisik di tubuhnya, artinya De la Portekemungkinan besar tidak banyak bergerak selama sisa hidupnya.
ADVERTISEMENT
Tulang jempol kaki jenazah memang menunjukkan tanda-tanda gout, sejenis radang sendi. Penyakit radang sendi ini disebut juga sebagai asam urat atau penyakit raja karena merupakan penyakit sendi tertua yang pernah diketahui manusia. Asam urat ini bisa dipicu oleh konsumsi makan dan minuman berlebih. Inilah yang membuat De la Porte tidak banyak bergerak.
Sementara sarkofagus kedua tidak punya plat nama sehingga sampai saat ini penghuninya tetap menjadi misteri. Karena tak tahu identitasnya, peneliti menjuluki mayat dengan sebutan Le Cavalier. Cavalier adalah pria berusia sekitar 25 hingga 40 tahun saat meninggal dunia. Tubuhnya menandakan bahwa dia memiliki kehidupan yang sangat sulit.
Sisa-sisa kerangka seorang pemuda, kemungkinan besar seorang bangsawan, mengisyaratkan kehidupannya yang sulit. Foto: University of Toulouse III
“Dia menunjukkan tanda-tanda seseorang yang menunggang kuda sejak usia muda," kata Crubézy, "Dan dia kehilangan sebagian besar giginya selama bertahun-tahun menjelang kematiannya."
ADVERTISEMENT
Crubézy juga menemukan bukti tulang reaktif pada tengkorak dan tulang belakang Le Cavalier, ini mengindikasikan bahwa dia meninggal karena penyakit meningitis kronis akibat tuberkulosis. Selain itu, peneliti menemukan daun dan bunga di sekitar tengkorak dan perut Cavalier.
Ini artinya, Le Cavalier kemungkinan meninggal sekitar abad ke-14 dan ke-18. Kendati begitu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kapan dia meninggal dunia, serta siapa sebenarnya sosok asli dari Le Cavalier.
Para peneliti berencana akan melakukan investigasi lanjutan dalam beberapa bulan mendatang, fokus untuk mencari tahu dari mana pria itu berasal dan bagaimana pola makannya. Dengan begitu, peneliti bisa mengetahui gaya hidup De la Porte dan Le Cavalier.
ADVERTISEMENT