India Beli 3 Juta Alat Rapid Test COVID-19 Buatan Orang Indonesia

5 April 2020 20:35 WIB
comment
52
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapid test COVID-19 buatan Sensing Self, produsen alat kesehatan yang salah satu pendirinya adalah WNI bernama Santo Purnama. Foto: Dok. Sensing Self
zoom-in-whitePerbesar
Rapid test COVID-19 buatan Sensing Self, produsen alat kesehatan yang salah satu pendirinya adalah WNI bernama Santo Purnama. Foto: Dok. Sensing Self
ADVERTISEMENT
Sejumlah negara telah memesan alat rapid test virus corona SARS-CoV-2 buatan warga negara Indonesia bernama Santo Purnama, yang mendirikan perusahaan teknologi biosains di Singapura. Alat ini telah mendapat izin edar di Eropa, Amerika Serikat, dan India.
ADVERTISEMENT
Otoritas India bahkan telah memesan 3 juta unit test kit Sensing Self. Alat tes serologi ini didesain untuk mengambil sampel darah dan mengecek antibodi pengguna terhadap virus corona SARS-CoV-2 penyebab pengakit COVID-19.
National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research mengotorisasi penggunaan produk di India yang kini memiliki total 3.588 kasus positif COVID-19.
Rapid test Sensing Self. Foto: YouTube/Sensing Self
Alat Sensing Self dapat mengeluarkan hasil dalam waktu 10 menit dengan tingkat keakuratan diklaim mencapai 92 persen. Untuk satu unit tes kit dibanderol dengan harga Rp 160.000.
Dalam hal ini, Sensing Self mengaku tidak mengambil untung sama sekali. Harga jual disamakan dengan ongkos produksi. Penjualannya di tengah wabah COVID-19 murni sebagai misi sosial perusahaan.
ADVERTISEMENT
“Dulu ketika COVID-19 ini belum pandemi, kami bisa jual 20 sampai 21 USD. Kebanyakan di Eropa. Kami cari untung. Sejak awal kami memang perusahaan yang profitable. Tetapi ketika WHO menyatakan ini pandemi, kami jual dengan harga ongkos produksinya saja. Tidak ada untung. Sekitar Rp 160.000. Ini juga berlaku ke semua negara. Tidak ada untung. Kami ingin membantu,” ujar Santo, saat dihubungi kumparanSAINS.
Sensing Self telah memulai riset sejak akhir 2019 untuk meneliti virus corona SARS-CoV-2. Saat itu, tim ilmuwan Sensing Self yang juga bekerja sama dengan ilmuwan dari Hong Kong dan China, sudah mendapatkan informasi soal penyakit pernapasan misterius di Wuhan, jauh sebelum penyakit ini mewabah lintas negara.
Pada dasarnya, mekanisme alat tes COVID-19 milik Sensing Self tidak jauh berbeda dengan rapid test kebanyakan. Namun, keunggulan rapid test Sensing Self berada pada enzim yang menjadi bahan baku produk.
ADVERTISEMENT
“Teknologi yang kita miliki bukan terletak pada kit atau kertasnya, tapi ada di enzimnya. Enzim itu kalau tidak diperhatikan, misalnya waktu ditaruh tidak dijaga suhunya atau segala macam, enzim itu bisa rusak,” jelas Santo.
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis atau senyawa yang mempercepat proses reaksi dalam suatu proses kimia organik. Dalam rapid test, enzim turut berperan dalam menentukan keakuratan hasil tes COVID-19.
Seorang pria menggunakan masker di dalam bus yang akan membawanya ke fasilitas karantina antisipasi virus corona di daerah Nizamuddin, New Delhi, India. Foto: REUTERS / Danish Siddiqui
Menurut Santo, alat rapid test bisa memiliki tingkat akurat yang rendah karena enzim yang digunakan tidak diperhatikan kualitasnya, sehingga berpotensi rusak dalam proses pemakaian produk. Hal ini kerap ditemukan pada kebanyakan alat rapid test perusahaan lain.
Spanyol misalnya, pemerintahnya menyatakan tes cepat dan massal pengambilan sampel darah (rapid test) yang dibeli dari China tak konsisten mengidentifikasi kasus positif virus corona. Mereka mengaku akan mengembalikan kit tersebut ke pabrik.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diberitakan Business Insider, pengembalian itu dilakukan setelah ada temuan ahli mikrobiologi soal rapid test kit yang mereka beli dari sebuah perusahaan China, Bioeasy. Mengutip surat kabar Spanyol El País, alat itu hanya memiliki sensitivitas sebesar 30 persen.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!