Infeksi E. coli Masa Kanak-kanak Berpotensi Timbulkan Kanker Kolon saat Dewasa

30 April 2025 12:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bakteri E Coli. Foto: Kateryna Kon/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Bakteri E Coli. Foto: Kateryna Kon/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa seseorang yang pernah terinfeksi bakteri E. coli di masa kanak-kanak bisa berpotensi menimbulkan kanker kolon di usia muda. Penyebabnya ialah toksin yang dikeluarkan oleh bakteri.
ADVERTISEMENT
Bakteri E. coli menghasilkan sejumlah toksin saat ada di dalam tubuh, salah satunya kolibactin. Toksin ini diproduksi E. coli tertentu yang hidup di usus besar dan rektum. Belakangan diketahui bahwa toksin ini mampu mengubah DNA seseorang.
Paparan kolibactin di masa kanak-kanak akan meninggalkan jejak perubahan genetik tertentu yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal sebelum usia 50 tahun.
"Kami menemukan bahwa kolibactin adalah salah satu yang dapat (menyebabkan kanker). Dalam kasus ini, jejak genetiknya tampaknya sangat terkait dengan kanker kolorektal pada orang dewasa muda," kata Profesor Ludmil Alexandrov dari Univ. California San Diego dilansir IFL Science.
“Jika seseorang memperoleh salah satu mutasi pemicu ini saat mereka berusia 10 tahun,” Alexandrov menjelaskan, “mereka bisa puluhan tahun lebih cepat terkena kanker kolorektal, dan mendapatkannya pada usia 40 tahun, bukan 60 tahun.”
ADVERTISEMENT
Kolibactin sebenarnya bukan fokus penelitian. Kolibactin jadi concern peneliti karena kerap muncul pada data pemeriksaan 981 genom kanker kolorektal dari 11 negara.
Mutasi spesifik yang disebabkan oleh racun ini tidak dapat disangkal, dan mutasi tersebut 3,3 kali lebih umum terjadi pada kasus awal (khususnya di bawah usia 40) dibandingkan di atas usia 70. Mutasi tersebut juga lebih umum terjadi di negara-negara dengan kasus awal yang lebih tinggi.
"Tujuan awal kami adalah untuk meneliti pola kanker kolorektal global guna memahami mengapa beberapa negara memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi daripada negara lain. Namun, saat kami meneliti data tersebut, salah satu temuan yang paling menarik dan mencolok adalah seberapa sering mutasi terkait kolibactin muncul pada kasus yang muncul lebih awal."
ADVERTISEMENT
Pertanyaan kemudian muncul: Bagaimana dan kapan anak-anak terpapar racun ini? Apakah faktor lingkungan yang menyebabkan produksi kolibaktin, atau pola makan atau gaya hidup? Dapatkah orang mengetahui apakah mereka telah terpapar atau berisiko?
Ilustrasi mencuci ayam mentah Foto: dok.ShutterStock
Sumber infeksi E. coli biasanya muncul akibat daging yang tak dimasak sampai matang. Bakteri bisa menyebar selama proses ini.
Sayur berdaun hijau seperti selada romaine dan bayam juga bisa jadi sumber penularan jika bahan masakan itu terkontaminasi oleh air tercemar di ladang hingga kontak dengan hewan ternak.
Susu mentah dan produk susu lain yang tidak dipasteurisasi juga menimbulkan risiko infeksi E. coli, bersamaan dengan produk mentah seperti apel, mentimun, dan terutama kecambah.
E. Coli juga dapat masuk melalui air yang terkontaminasi, yang mungkin digunakan untuk mengairi tanaman atau membersihkan peralatan. Dapur jorok juga bisa menimbulkan penyebarannya ke makanan lain seperti unggas.
ADVERTISEMENT
Ada enam strain bakteri yang menghasilkan racun seperti kolibaktin. Strain penghasil racun itu meliputi penghasil toksin siga (STEC), enterotoksigenik (ETEC), enteropatogenik (EPEC), enteroinvasif (EIEC), enteroagregatif (EAEC), dan melekat secara difus (DAEC).
Strain E. coli ini dapat menyebabkan diare berdarah, kram perut, muntah, dan demam. Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan dehidrasi dan sindrom uremik hemolitik, cedera ginjal.
Studi tentang bakteri E. coli ini telah diterbitkan dalam artikel ilmiah di Jurnal Nature berjudul 'Geographic and age variations in mutational processes in colorectal cancer'