Ini 7 Nilai Moral yang Mungkin Dianut oleh Seluruh Budaya di Dunia

13 Februari 2019 10:15 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Etika.  Foto: flickr/Kelly
zoom-in-whitePerbesar
Etika. Foto: flickr/Kelly
ADVERTISEMENT
Rentetan perang, konflik, dan kesengsaraan yang dari abad ke abad menimpa berbagai peradaban di seluruh dunia mungkin akan membuat banyak orang berpikir bahwa perselisihan antarkelompok masyarakat atau antarbudaya tidak akan pernah bisa didamaikan secara konstan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, menurut hasil riset terbaru yang telah dipublikasikan di jurnal Current Anthropology pada 8 Februari 2019, ternyata semua budaya terikat oleh tujuh kode moral umum dalam berperilaku.
Berdasarkan analisis mendalam terhadap lebih dari 600 catatan budaya dari 60 masyarakat di seluruh dunia --sampel terbesar yang pernah ada dalam bidang studi ini-- para peneliti mengatakan ada jauh lebih banyak hal yang menyatukan kita daripada yang memecah belah kita, dalam hal nilai-nilai moral.
"Semua orang di mana pun memiliki kode moral yang sama," kata antropolog Oliver Scott Curry dari University of Oxford, dikutip dari Science Alert.
"Semua setuju bahwa bekerja sama, mempromosikan kebaikan bersama, adalah hal yang benar untuk dilakukan,” tambahnya lagi.
Indonesia berikan bantuan untuk Rohingya. Foto: Dok. Kemlu RI
ADVERTISEMENT
Dalam riset ini, Curry dan rekan-rekan penelitinya berusaha mengeksplorasi teori bahwa moralitas berevolusi dalam budaya manusia untuk mendorong kerja sama. Metode yang mereka lakukan adalah memeriksa dengan teliti bukti dari tujuh perilaku moral itu di lebih dari 600.000 kata catatan-catatan etnografi.
Perilaku dan aturan kooperatif ini --kode moral universal yang ditinjau-- adalah sebagai berikut: membantu keluarga, membantu kelompok Anda, saling memberi, menjadi berani, menghormati atasan (respek), membagi sumber daya yang dipersengketakan (keadilan), dan menghormati kepemilikan sebelumnya (hak properti).
Berdasarkan hasil analisis, tim menemukan bahwa ketujuh aturan ini secara seragam dianggap positif dan baik secara moral di berbagai budaya yang disurvei. Sama sekali tidak pernah ditafsirkan sebagai buruk secara moral.
"Kami menyimpulkan bahwa tujuh perilaku kooperatif ini adalah kandidat yang masuk akal untuk aturan moral universal," tulis para penulis dalam makalah hasil riset mereka, "dan bahwa moralitas-sebagai-bentuk-kerja sama dapat memberikan teori moralitas terpadu yang hingga kini belum dimiliki oleh antropologi."
ADVERTISEMENT
Dari 962 pengamatan atas prinsip-prinsip moral ini, ada satu pengecualian nakal yang dicatat dari masyarakat Chuuk di Mikronesia, yakni "mencuri secara terbuka dari orang lain patut dikagumi karena menunjukkan dominasi seseorang dan menunjukkan bahwa ia tidak terintimidasi oleh kekuatan agresif orang lain."
Ilustrasi hormat Foto: Thinkstock
Namun begitu, para peneliti mengelompokkan sikap ini sebagai bentuk dari salah satu nilai kerja sama juga, yakni keberanian.
Dalam riset ini para peneliti menemukan bahwa tidak setiap masyarakat memberi peringkat atau memprioritaskan ketujuh norma sosial ini dengan cara yang sama. Namun ketujuhnya secara unik dianggap positif dan eksis dalam begitu banyak masyarakat yang berbeda.
Fakti ini menurut para peneliti telah mendukung apa yang dikenal dalam etika sebagai universalisme moral, pandangan yang berlawanan dengan relativisme moral. Menurutnya, kelompok universalis moral dan relativis moral telah berdebat berabad-abad lamanya soal apakahnya seluruh kelompok manusia di dunia memiliki etika atau nilai moral yang sama atau berbeda.
ADVERTISEMENT
Ternyata, menurut Curry berdasarkan hasil riset ini, "Orang-orang di mana saja menghadapi serangkaian masalah sosial yang serupa, dan menggunakan seperangkat aturan moral yang serupa untuk menyelesaikannya.”